Warga Menjerit Kenaikan Minyak Goreng Melejit di Jembrana

  29 November 2021 EKONOMI Jembrana

Ilustrasi

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com - Jembrana. Kenaikan minyak goreng dimasa pandemi Covid-19 semakin mencekik pedagang kuliner kecil khususnya di Kabupaten Jembrana. Sebelumnya mereka mengeluh dikarenakan dagangannya sepi. Sekarang setelah suasana covid di Kabupaten Jembrana mereda  diikuti dengan kenaikan harga minyak goreng. Seasana seperti ini seperti ibarat pepatah sudah jatuh tertimpa tangga lagi.

Renacana, kenaikan harga minyak akan terjadi diawal bulan Desember 2021, akan tetapi kenaikan yang mereka rasakan sudah mulai di awal bulan November. Kenaikan pun bervariatif, mulai dari 5 ribu rupiah perliter.

Seperti halnya Pedagang kripik ubi bernama Anik asal Kecamatan Negara, dirinya mengaku pasrah dengan kenaikan minyak goreng tersebut. Dirinya mengaku kenaikan minyak goreng tersebut sangat merugikan dagangannya dikarenan keseharian mengoreng kripik ubi untuk dijual.

"Saat belanja di pasar Negara kenaikan harga sudah dirasakan, kenaikannya tidak tanggung-tanggung sebesar 4 sampai 5 ribu rupiah perkilo. Di masa sulit ini kenapa harganya dinaikan, ini namanya membunuh pedagang kecil, gimana nasib dagangan saya kedepan. Keadaan sudah sulit pembeli sepi, malah minyak goreng dinaikan," ujarnya. Senin (29/11/2021).

Sementara pedagang gerengan bernama Dewi Asal Batuagung, dirinya pasrah dimasa pandemi ini kenaikan bahan pokok seperti minyak goreng naik. "Kenapa dimasa sulit ini minyak goreng naik, bagaimana nasib dagangan saya kedepan, belum lagi pembeli juga sepi. Naik harga minyak mau jual berapa gorengan saya, takutnya dimasa sulit ini haraga dinaikan takutnya dagangan menjadi sepi," sedihnya.

Ditempat yang berbeda Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian Dan Perdagangan Jembrana I Komang Agus Adinata menjelaskan terkait kenaikan minyak tersebut, dirinya mengatakan, pihaknya tidak memiliki wewenang terkait kenaikan harga minyak tersebut, sebab harga minyak goreng itu merupakan kebijakan pusat dan Provinsi. 

"Kami tidak bisa berbuat apa, kenaikan harga minyak itu kebijakan dari pusat dan provinsi, selain itu juga besar kemungkinan juga dipengaruhi oleh CPU atau harga minyak dunia saat ini. Kami akan tetap memantau dan meminta petunjuk dan informasi dari Provinsi terkait hal ini," terangnya.

Lebih jelasnya Agus mengatakan, terkait harga minyak naik, pihaknya akan koordinasi lagi dengan provinsi. "Jika kelangkaan minyak mungkin kami bisa melakukan upaya pencegahan dan mencari solusi untuk memenuhi pasar. Soal harga minyak naik memang kebijakan dari pusat,"  tutupnya (BB)