Bawakan Lakon “Puun Pondok Prabangsa”

Sanggar Seni Asti Swara Tampilkan Kesenian Gambuh Sakral Desa Pedungan di PKB 2018

  13 Juli 2018 SOSIAL & BUDAYA Denpasar

humas Denpasar

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Pesta Kesenian Bali menjadi ajang bagi pelaku seni budaya untuk menunjukkan kebolehan melalui garapan seni yang ditampilkan. Seperti pada Jumat (13/7), Kalangan Ayodya, Art Centre Denpasar riuh oleh pementasan Gambuh Anyar Anak- Anak Sanggar Seni Asti Swara, Banjar Kepisah, Desa Pedungan, Densel. Duta Kota Denpasar ini menampilkan lakon berjudul “Puun Pondok Prabangsa”.
 
 
Pembina Sekaa, I Nyoman Sudiana mengatakan lakon yang ditampilkan Sanggar Seni Asti Swara dalam pementasan Gambuh Anyar Anak- Anak ini mengisahkan Maharaja Kerajaan Lasem memperluas wilayahnya sedang mengadakan pertemuan dengan Kerajaan Pajang Mataram. Akhirnya disepakati Kerajaan Lasem akan menyerang Kerajaan Gegelang karena rajanya tidak mau tunduk. Maka diutuslah Raja Pajang Mataram beserta pasukannya menyerang Kerajaan Gegelang. 
 
“Mendengar kabar itu, Raja Gegelang bersiap melawan dengan mengutus Raden Panji beserta pasukannya. Raja Pajang Mataram tiba di perbatasan Kerajaan Gegelang. Dilihatlah banyak pondok rakyat Gegelang . Raja Pajang Mataram membakar pondok pondok tersebut. Melihat itu, Raden Panji marah dan mencari pelakunya. Diperjalanan, Raden Panji bertemu Raja Pajang Mataram beserta pasukannya sedang membakar pondok- pondok, maka terjadilah pertempuran” ujarnya.
 
 
Lebih lanjut Sudiana mengatakan tampilnya Sanggar Seni Asti Swara di PKB tahun ini merupakan kesempatan mengenalkan ke masyarakat sekaligus melestarikan kesenian Gambuh dari Desa Pedungan. 
 
“Kebetulan di Desa Pedungan Tarian Gambuh difungsikan sebagai kesenian sakral dan dipentaskan setiap enam bulan sekali saat Rahina Tumpek Wayang di Pura Puseh Desa Pedungan," ungkapnya.
 
 
Agar kesenian Gambuh ini tetap eksis, khusus untuk pamentasan di PKB ini, Gamelan Tarian Gambuh ditransfer kedalam Gamelan Semarepegulingan. Tujuannya untuk mempersingkat durasi, katanya, karena durasi pementasan kesenian Gambuh klasik yang asli dapat menghabiskan durasi hingga pagi hari. 
 
"Jadi kali ini dipadatkan durasinya. Latihan sudah kami mulai sejak tiga bulan lalu. Anak- anak ini memiliki dasar sebagai  pemain Gender Wayang, jadi tinggal mengajarkan aransemen baru dan tidak belajar dari nol. Gelungan yang dipakai para penari Gambuh di PKB ini juga merupakan duplikasi dari Gelungan Sesuwunan Pura Puseh berupa Gelungan Panji. Gelungan Panji dan beberapa Gelungan lainnya di Pura tersebut bersifat sakral dan untuk mementaskannya pun perlu terlebih dahulu Ngatur Piuning dan harus lengkap jumahnya saat mementaskannya.” Tutup Sudiana.
 
 
Salah satu penari, Ni Luh Arik Kencana Wangi saat ditemui usai pentas mengaku sangat bangga dapat tampil di PKB. 
 
“Saya disini memainkan lakon sebagai  Condong Kakan-Kakan," ujar Ni Luh.
 
 
Tarian Gambuh dari Desa Pedungan ini merupakan Duwe Sakral, namun untuk PKB kali ini diinovasikan menjadi sebuah garapan seni pertunjukan. Untuk tarian Gambuh Desa Pedungan yang disakralkan, ada kalanya saat pentas para penari mengalami Kerauhan. 
 
Kerauhan disini berupa Kalinggihan Dedari Sesuhunan. Si penari menjadi atraktif menari saat mengalami Kerauhan,” pungkas Sudiana.(BB)