PCNU Kota Denpasar Gelar Hari Santri

Sambut Hari Santri 22 Oktober, 16 Ribu Santri Penuhi Lapangan Niti Mandala Renon Dukung NKRI

  20 Oktober 2018 SOSIAL & BUDAYA Denpasar

Baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Menyambut Hari Santri yang jatuh pada 22 Oktober 2018 rencananya sekitar 16 ribu santri di Kota Denpasar akan memenuhi lapangan Niti Mandala Renon, Denpasar mulai pagi hingga sore hari. Perayaan Hari Santri kali ini bertujuan untuk mendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam keberagaman juga menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara. 
 
 
Hal itu disampaikan Eko Budi Cahyono, salah seorang warga Nadliyin yang juga sesepuh  NU saat ditemui di Denpasar, Sabtu sore (20/10/2018). Menurutnya, kegiatan yang diusung panitia bersama ini akan menghadirkan 165 TPQ, 28 MDT, 27 RA, 160 Majelis Ta'lim (muslimin/muslimat), 14 Madrasah dan 7 MTs. 
 
"Keberagaman itu penting, kita harus hargai itu. Lagipula kita ingin menepis dikotomi minoritas atau mayoritas, semua kita rangkul. Intinya kita ingin berbuat yang terbaik buat Bali," ucap pria yang akrab disapa Pak Eko itu. 
 
Lebih lanjut Eko Budi Cahyono menyampaikan keberadaan warga Nadliyin (NU) di Bali untuk bersama-sama membangun Bali terutama para santri yang memang menetap di Bali. 
 
"Santri di Bali tidak mengenal yang namanya hoaks, tidak ada pengkotak-kotakan, semua sifatnya bersama-sama membangun bangsa dan negara, khususnya kita yang ada di Bali," ungkapnya seraya mengatakan dalam perayaan hari santri nantinya juga akan diisi dengan bazar dari UKM dan penggalangan dana bagi korban gempa di Palu dan Sigi.
 
 
Eko mengaku Presiden Jokowi sendiri telah mengakui hari Santri ini secara nasional dan perjuangan Nahdhatul Ulama (NU) riwayatnya cukup panjang dalam mewujudkannya. "Beberapa kali ganti presiden dari sejak reformasi, baru di bawah pemerintahan Presiden Jokowi Hari Santri diakui," jelasnya. 
 
Ket foto : Eko Budi Cahyono
 
Eko pun mengatakan jika tahun depan (2019) pemerintah akan menjadikan hari santri menjadi agenda libur nasional. "Undang-undangnya sudah ada tentang kesetaraan pendidikan, sudah ketok palu soal itu," katanya.
 
Ia juga mengklaim jika lahirnya hari Santri tidak bisa dipungkiri merupakan perjuangan panjang warga NU yang kemudian diakomodir pemerintah. Dalam kesempatan ini, dari sisi lain terkait dengan adanya kucuran anggaran 20 persen untuk pendidikan dari pemerintah, Eko menganggap itu tidak cukup. 
 
"Pasalnya anggaran itu tidak akan bisa fokus. Jangankan untuk pendidikan formal, apalagi ditambah pendidikan non formal. Masih jauh kurangnya," terangnya. 
 
Melalui hari Santri ini pihaknya juga ingin mengetuk hati pemerintah bagaimana anggaran itu bisa ditingkatkan agar bisa menjangkau bukan saja pendidikan formal namun juga pendidikan non formal. 
 
 
"Kan banyak itu pendidikan non formal keagamaan yang belum tersentuh dana pemerintah, bukan saja pendidikan Islam, tapi juga Hindu, Kristen, juga Budha," tandas Eko yang didampingi panitia bersama Hari Santri. 
 
Pendidikan non formal yang saat ini tumbuh pesat menurut Eko bagian dari upaya membangun karakter generasi bangsa, yang di bangku pendidikan formal tidak mereka dapat, tapi diisi melalui pendidikan non formal. "Kita ingin ada keberpihakan pemerintah bagi pendidikan non formal, jangan sampailah diabaikan," harapnya.(BB).