Para Delegasi IMF-WB "Terpukau" Parade Budaya Nusantara Suguhan Taman Nusa

  13 Oktober 2018 SOSIAL & BUDAYA Gianyar

Baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Gianyar. Taman Nusa Gianyar menerima kunjungan sekitar 200 delegasi Pertemuan Tahunan International Monetary Fund-World Bank (IMF-WB) 2018 Sabtu pagi (13/10/2018). Delegasi dan pendamping ini tampak terpukau dan sangat antusias menyaksikan Parade Budaya Nusantara yang melibatkan lebih dari ratusan seniman Taman Nusa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
 
 
Mereka juga tampak tak henti-hentinya memberi aplaus meriah ketika berbagai ragam seni budaya khas nusantara ini ditampilkan sangat apik di Taman Nusa yang merupakan miniatur Indonesia ini. 
 
"Ini sangat luar biasa. Indonesia mempunyai keragaman budaya yang sangat unik. Kami sangat beruntung bisa menyanyikan miniatur Indonesia ini di Bali," kata salah seorang delegasi.
 
Sementara, General Manager (GM) Taman Nusa I Nyoman Murjana mengapresiasi pihak ASITA, panitia nasional IMF-WB dan Pemda Gianyar yang memberikan kesempatan Taman Nusa dikunjungi para delegasi IMF-WB ini. Diharapkan dengan kunjungan ini para delegasi IMF-WB ini semakin mengenal seni dan budaya Indonesia.
 
Termasuk juga para peserta kunjungan ini dapat menyaksikan bangunan tradisional berbagai daerah di Indonesia yang ada di Taman Nusa lebih dari 70 jenis rumah tradisional, sambil melihat keindahan alam di Gianyar.
 
 
“Kami sudah mempersiapkan kunjungan ini dengan sangat baik yang merupakan momentum langka. Kami ingin menampilkan yang terbaik dan paling berkesan untuk para delegasi IMF-Bank Dunia ini," ungkap Nyoman Murjana.
 
 
Untuk memukau para delegasi ini Taman Nusa menyuguhkan penyambutan khusus bagi delegasi dengan pagar ayu dan pagar bagus Nusantara serta tari pendet yang merupakan salah satu tarian selamat datang  yang paling tua di Pulau Bali untuk menyambut tamu tamu penting.
 
Selanjutnya Parada Budaya Nusantara dimulai oleh Gong Kebyar yang merupakan musik yang didominasi oleh instrumen beat yang digabungkan dalam gamelan ini adalah Kendang, Gangsa, Kajar, Cengceng, Klenang dan Kempur. Ini menghasilkan musik harmonis, jamak dan melodi yang juga akan menemani Tari Puspanjali dan Tari Tenun dilanjutkan oleh Umbul-umbul, kober, Tedung, Rantasan, dan pastor dengan Bajra mereka.
 
Di tengah parade ada hadiah gebogan yang dibawa oleh wanita Bali. Gebogan biasanya dibuat agak menjulang, susunan buah dan kue yang rapi dan berwarna-warni, menyempit di bagian atas, dan dilengkapi dengan "canang sari" dan "sampain gebogan" di bagian paling atas.
 
Ket foto : General Manager Taman Nusa, I Nyoman Murjana
 
Pawai dilanjutkan dengan Pertunjukan Tari Barong yang menggambarkan pertempuran antara roh yang baik dan roh jahat. Barong adalah hewan mitologis yang mewakili roh yang baik dan Rangda adalah monster mitologis yang mewakili kejahatan. Pawai dilanjutkan oleh barisan muda Bali dengan Payas Agung yang akan menghadirkan Tari Puspanjali. 
 
Parade diikuti oleh barisan Jegeg Bali dengan Payas madya / lelunakan dengan Tari Tenun Tenun yang menggambarkan perempuan yang sedang menenun. Kostum dan tata rias di Tenun sedikit berbeda dari tarian lainnya. Tarian ini menggunakan "lelunakan".
 
Pawai dilanjutkan oleh barisan pemuda dengan kostum dan tarian tradisional yang mencerminkan kekayaan dan keragaman etnis dan budaya Indonesia. Ada lebih dari 700 kelompok etnis di Indonesia dan salah satu cara paling populer untuk mengekspresikan perasaan mereka adalah dengan musik, karena musik telah menjadi bagian dari kehidupan mereka. 
 
Salah satu lagu rakyat paling terkenal dari Papua adalah Yamko rambe Yamko. Ada juga tarian khusus untuk mengiringi lagu ini. Dilanjutkan sebuah tarian yang berasal dari Maumere, Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) bernama Gemu Fa Mi Re yang merupakan ciptaan yang menyenangkan oleh Nyong Franco dengan tarian sederhana tetapi representasi kesederhanaan dan penuh kebahagiaan. 
 
Biasanya tari di Indonesia penuh dengan kelembutan dan senyum, maka ini tidak akan ditemukan dalam tarian tradisional Minahasa di Sulawesi Utara. Ini adalah tarian perang Minahasa tradisional dari Sulawesi Utara di Indonesia. Hal ini dilakukan oleh beberapa pria yang mengenakan kostum merah, menghunus pedang atau tombak dengan perisai.
 
 
Parade dilanjutkan dengan tarian Pa'gellu. Tari Pa'gellu adalah tarian yang berasal dari daerah Tana Toraja. Tarian ini biasanya akan dilakukan dalam serangkaian upacara adat Pa'gellu atau ma'gellu, yaitu dalam bahasa lokal memiliki makna menari dengan sukacita, sementara tangan dan tubuh bergoyang dengan anggun. 
 
Selanjutnya Kalimantan Timur memiliki tarian tradisional yang berasal dari suku Dayak. Ini bernama Tari Burung. Tarian ini diiringi oleh alat musik tradisional, yaitu sapeh, gendang dan gong. Sapeh adalah alat musik petik khas Dayak. Selain menjadi tarian wajib pada upacara adat Dayak, tari Enggang sering dilakukan untuk menyambut tamu.
 
Dari Kalimantan para pengunjung ini diajak ke Sumatra menyaksikanTari piring, tarian Minangkabau dari Sumatera Barat. Tarian ini menggambarkan rasa sukacita dan rasa syukur masyarakat Minangkabau ketika musim panen telah tiba, di mana orang-orang muda berayun langkah dengan menunjukkan keterampilan mereka dalam memainkan piring di tangan mereka.
 
Selanjutnya ditampilkan Tari Tradisional Batak Toba, Sumatra Utara. Suku Batak Toba adalah bagian dari suku Batak. Suku Batak Toba memiliki tarian tradisional yang unik dalam bentuk tarian tor-tor. Kata "Tor-tor" berasal dari suara kaki penari yang memukul-mukul papan rumah adat Batak. Tarian itu diiringi instrumen Gondang. 
 
 
 
Pawai dilanjutkan oleh Tari Jaipong dari Jawa Barat. Tarian ini adalah tarian tradisional rakyat Sunda yang populer, Jawa Barat, Indonesia. Tarian ini diciptakan oleh Gugum Gumbira, berdasarkan bahasa Sunda.  Parade dilanjutkan dengan Angklung, alat musik dari Indonesia yang terbuat dari berbagai tabung bambu yang melekat  pada bingkai bamboo. 
 
Angklung populer di seluruh dunia, tetapi berasal dari provinsi Jawa Barat dan telah dimainkan oleh orang Sunda selama berabad-abad. Angklung dan musiknya telah menjadi identitas budaya masyarakat Sunda di Jawa Barat. 
 
Pada tanggal 18 November 2010, UNESCO secara resmi mengakui angklung Indonesia sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of  Humanity. Di akhir parade hadir Tari Kuda Lumping. Ini adalah tarian tradisional Jawa yang menggambarkan penunggang kuda. Penunggang kuda dengan  kuda terbuat dari anyaman bambu dan dihiasi dengan cat dan kain berwarna-warni. 
 
Selain menunggang kuda ada juga penari yang tidak naik kuda tetapi memakai topeng, yaitu seperti penthul, bejer, cepet, gendruwo, dan barongan. Setelah mengunjungi Taman Nusa, para delegasi dan pendamping IMF-WB ini langsung berangkat menuju Desa Wisata Penglipuran, Bangli dan selanjutnya ke Kintamani, Bangli.(BB).