Mau Tahu Kenapa Rupiah Melemah, Ini Penjelasannya

  21 Mei 2016 EKONOMI Nasional

Google/images

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com. Bank Indonesia menilai penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akhir-akhir ini dikarenakan semakin menguatnya sinyal penaikan bunga Fed Fund Rate, Amerika Serikat, pada Juni nanti, dan kemungkinan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Britain Exit/Brexit).

"Terlihat pernyataan dari FOMC (Komite Pasar Terbuka Federal) itu mengarah ke pernyataan yang 'hawkish' untuk yang bulan Juni. Itu berdampak kepada pasar di dunia," kata Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta.

Agus menilai pelemahan rupiah akhir-akhir ini memang lebih didominasi faktor eksternal. Pada Jumat ini, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) bergerak di Rp13.573, atau titik terlemah kurs rupiah dalam beberapa pekan terakhir. Sedangkan data transaksi antarbank pada Jumat pagi ini, menunjukkan nilai tukar rupiah juga melorot 86 poin menjadi Rp13.573.

Agus mengatakan para peserta FOMC dalam notulensi rapat 26-27 April lalu memang tampak yakin bahwa indikator tenaga kerja dan inflasi Amerika Serikat akan membaik di kuartal II, sehingga kenaikan Fed Fund Rate bisa terjadi pada Juni 2016 nanti.

Ekspetasi tersebut turut mempengaruhi pasokan dolar AS yang masuk ke pasar uang negara-negara berkembang. Di samping tekanan dari rencana kenaikan The Fed, Agus mengatakan, pasar keuangan global juga tengah dibayangi gejolak akibat rencana keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).

Gejolak itu timbul katena mata uang Inggris, Poundsterling, merupakan mata uang yang sangat berpengaruh di pasar keuangan global. Dengan keluarnya Inggris dari Britania Raya, maka akan ada tekanan terhadap poundsterling yang akhirnya berpengaruh pada stabilitas mata uang lainnya di pasar keuangan global.

"Kalau terjadi Brexit atau tidak, itu akan berperan kepada poundsterling dan yang kita perhatikan bukan dampak melaui jalur perdagangan tetapi dampak dari jalur keuangan yaitu menciptakan instabilitas dari keuangan global," ujarnya.

Menimbang rencana dan berbagai tekanan dari perekonomian global, BI pada 19 Mei, Kamis kemarin, akhirnya mempertahankan suku bunga acuan (BI rate) di 6,75 persen dan rencana suku bunga acuan baru 7-Day Reverse Repo Rate di 5,50 persen. (BB/Inilah).