Kritisi Haluan Pembangunan Bali 100 Tahun Kedepan, Sugawa Korry: Apa Diyakini Benar Saat Ini Belum Tentu Relevan Dimasa Depan

  22 Juni 2023 OPINI Denpasar

Foto: Ketua DPD Partai Golkar Bali yang juga Wakil Ketua DPRD Bali Dr. Nyoman Sugawa Korry

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Saat ini sedang dibahas haluan pembangunan Bali untuk 100 tahun kedepan. Sebuah dimensi waktu yang sangat panjang, dibutuhkan kecermatan analisis kondisi masa lalu dan kajian masa kini untuk kemudian disusun prediksi-prediksi yang menggunakan alat analisis yang secara ilmiah bisa dipertanggung jawabkan. 

Ketua DPD Partai Golkar Bali Dr. Nyoman Sugawa Korry menyebut ciri obyektif masa depan adalah ketidakpastian dan perubahan. Berdasarkan kajian akademik yang telah diketengahkan oleh para kelompok ahli, secara filosofis menggunakan dasar Sad Kerthi dan Tri Hita Karana.

"Kami berharap lebih dilengkapi dengan tujuan hidup masyarakat yaitu Catur Purusa Artha, karena yang ingin dicapai di masa depan adalah tercapainya kualitas peradaban, kualitas hidup, intelektualitas, kesejahteraan dan kebahagiaan manusia itu sendiri," kata Sugawa Korry dalam keterangannya kepada media Baliberkarya.com di Denpasar, Kamis 22 Juni 2023.

Dari kajian masa lalu dan masa kini, Sugawa Korry yang juga dikenal sebagai Wakil Ketua DPRD Bali menyatakan apa yang disajikan cukup komprehensif, tetapi pada kajian di masa depan perlu kecermatan lebih jauh lagi. 

"Alat analisa yang digunakan untuk memprediksi adalah apa yang diyakini benar untuk saat ini, tetapi sebagaimana hakekat ilmu pengetahuan yang selalu berkembang, belum tentu dipandang masih relevan untuk masa yang akan datang," tegas Sugawa Korry.

Begitu pula implementasi Tri Hita Karana, dari sisi kajian hubungan manusia dengan Tuhan, dibutuhkan kecermatan untuk mengantisipasi perkembangan- perkembangan lingkungan strategis, seperti apa yang boleh dan tidak boleh dimasa kini maupun dimasa depan. 

"Seperti misalnya, dimasa lalu krematorium adalah hal yang ditabukan, tetapi saat ini dipandang relevan," terang politisi senior asal Banyuatis, Buleleng ini.

Untuk hubungan manusia dengan alam, lanjut Sugawa Korry adalah bagaimana bisa memprediksi lingkungan alam yang wajib dipertahankan, sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dengan segala kompleksitas berbagai kebutuhannya, misalnya 100 tahun kedepan, relevansi mempertahankan 25 sampai 30% hutan lindung bisa dilaksanakan. 

Begitu juga hubungan manusia dengan manusia, sejalan dengan arah dan tujuan haluan ini, seperti upaya mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat, apakah kebijakan kondisi struktur ekonomi Bali yang didominasi sektor tersier masih layak dipertahankan, atau dibutuhkan arah keseimbangan baru struktur ekonomi Bali dimasa depan.

Kemudian, doktor lulusan Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur ini menyampaikan sebagai haluan atau arah yang harus dituju dimasa depan, pastilah akan selalu diperhadapkan dengan perubahan-perubahan lingkungan strategis, sehingga haluan ini harus disesuaikan sejalan perubahan linkungan strategis tersebut.

"Sebagai bagian dari NKRI, arah atau pun haluan ini diharapkan selaras dengan kebijakan dan sistim perencanaan pembangunan nasional, dengan tetap memegang teguh hal-hal yang berbasis kearifan lokal di Bali," pungkas Sugawa Korry.(BB).