Kisah Pilu Tiga Yatim Piatu di Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan (2-Habis)

  23 Mei 2016 PERISTIWA Tabanan

baliberkarya.com/ist

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com. Tabanan- Kisah pilu juga dialami Ni Kadek Seril Asvina Dewi, usianya baru dua setengah tahun. Tapi, bocah asal Banjar Tanah Bang, Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, itu harus merasakan getirnya hidup akibat penyakit jantung bawaan yang dia derita.
 
Tubuhnya sedikit menghitam dan agak pucat. Ceria dunia anak-anak seakan pudar di mata dewi. Ini akibat penyakit jantung bawaan yang dia derita. Kakinya pun selalu lemas. Untuk berlari-lari riang layaknya bocah sesuainya, Dewi tak mampu. Sesekali dia hanya menahan tangis akibat sakit di dadanya. Jantungnya hanya memiliki satu saluran. 
 
"Lebih sering di gendong, karena kakinya lemas. Kata dokter di RS Sanglah, jantungnya bukan bocor. Tapi, cuma punya satu pembuluh darah," ucap Memen Jorni, sang nenek ditemani sang suami Wayan Kindra saat menerima kedatangan rombongan Blue Bird Pool Tabanan di dampingi Bendesa Adat Banjar Anyar IB Gede Subrata, Klian Dinas Senapahan Kelod I Gusti Putu Putrayasa, dan Klian Banjar Senapahan Kelod Nyoman Sudana saat penyerahan bantuan serangkaian HUT Blue Bird Group ke-44.
 
Entahlah, apakah Dewi hanya memiliki pembuluh nadi (arteri)-pembuluh yang membawa darah keluar dari jantung dan tidak memiliki pembuluh balik (vena)-pembuluh darah yang mengalirkan darah kembali ke jantung. Atau sebaliknya, atau malah pembuluh darah yang menjadi bagian arteri dan vena. Yang pasti, dari Yayasan Hati Nurani Bali yang sudah dua kali membawa Dewi berobat ke RS Sanglah dan rencananya, jantung Dewi akan dipasangi kateter. 
 
"Ini habis ngurus BPJS, karena biaya operasinya besar. Kami juga memberikan pemahaman ke keluarga soal sukses tidaknya operasi. Peluang dan resikonya fity-fity," ungkap Ngurah Putra dan Gus Tresna dari pihak yayasan yang pagi itu kembali membawa Dewi ke RS Sanglah untuk menjalani pemeriksaan.
 
Dewi bersama sang kakak, Gede Wisma Arta Wiguna, 11, tinggal bersama kakek neneknya. Ini setelah sang ibu, Nyoman Suyadi meninggal saat Dewi masih berusia dua bulan. Kepergian sang ibu pun terbilang cukup mengejutkan. 
 
"Mantu saya (Suyadi) waktu itu minta semangka. Baru makan sedikit, kemudian meninggal," tutur Memen Jorni. 
 
Cerita tak kalah pedih juga dialami ibu dari Ni Kadek Seril Asvina Dewi yang Nyoman Suyadi yang diketahui memiliki riwayat diabetes. Saat mengandung Dewi, kedua kakinya menghitam dan terancam diamputasi. Duka kembali menghampiri keluarga ini, upacara pitra yadnya baru saja kelar. 
 
Dua tahun lalu. Ingat Memen Jorni, saat itu Hari Raya Soma Ribek. Sembari metanding dan ngempu cucunya si Dewi. Ia ditemani sang anak Komang Sudirta. Waktu itu baru pukul 08.00. "Komang minta diambilin air, sebelumnya memang sempat mengeluh sakit dan diperiksa di puskesmas jantungan. Baru minum seteguk, Komang tiba-tiba jatuh," jelasnya. 
 
Lantaran panik melihat sang anak, Jorni pun berteriak meminta bantuan. Kerabat terdekat pun berdatangan dan memboyong Sudirta ke RSUD Tabanan. Tapi, takdir berkata lain, Sudirta dipanggil sang khalik. "Dulu anak saya (Sudirta) tulang punggung keluarga dengan menjadi tulang punggung keluarga," kenang dia. 
 
Kini, untuk menghidupi dua cucunya, Memen Jorni-Kindra hanya bisa bekerja serabutan dan berharap bantuan kerabat serta donatur. "Mbahnya (Kindra) sudah umur dan sakit-sakitan juga. Jadi, tidak bisa kerja keras lagi," ungkapnya sembari mengucapkan terima kasih atas bantuan Blue Bird Group selama ini. 
 
Aksi kemanusiaan Blue Bird Group dengan memberi bantuan kepada Gusti Ayu Putu Karianingsih, 6, yatim piatu setelah sang ayah meninggal dunia saat usianya dua tahun. Sedangkan sang ibu memilih kembali ke kampung halamannya di Buleleng. 
 
"Dari 13 banjar yang ada, setidaknya ada 282 KK yang membutuhkan bantuan di wilayah Banjar Anyar. Baik itu karena cacat bawaan dan kemiskinan. Kami dari pihak desa selalu mendata dan menyampaikan ke Dinas Sosial," tandas Kaur Kesra Desa Banjar Anyar I Putu Suadewi Aryani mengakhiri. (bb)