Peringatan Hari Museum Indonesia, Ketua AMI Supadma Rudana: Museum Dapat Merubah Cara Berpikir dan Berperilaku

  12 Oktober 2021 TOKOH Nasional

Foto: Ketua Asosiasi Museum Indonesia (AMI) yang juga Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) Putu Supadma Rudana (PSR) saat memberikan sambutan secara virtual pada puncak peringatan Hari Museum Indonesia di Yogyakarta, Selasa malam (12/10/2021).

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Yogyakarta. Puncak peringatan Hari Museum Indonesia digelar di Yogyakarta. Puncak peringatan ini tersiar melalui channel Youtube Barahmus DIY dan AMI (Asosiasi Museum Indonesia). Tema peringatan Hari Museum Indonesia tahun ini adalah "Bersama Museum Membangun Ketangguhan Bangsa". 

Sebelum Puncak peringatan Hari Museum Indonesia, beragam kegiatan telah digelar dalam rangka Hari Museum Indonesia yang dikaitkan juga dengan HUT ke-50 Barahmus DIY. Diantaranya pembukaan Festival Museum Yogyakarta, webinar, dan peluncuran situs web Barahmus DIY. Seluruh rangkaian diikuti pecinta dan penggiat museum baik lokal, nasional dan internasional. 

Dalam sambutannya, Ketua Asosiasi Museum Indonesia (AMI) Putu Supadma Rudana (PSR) mengatakan peristiwa sejarah adalah memori semangat perjuangan yang terekam dan tersimpan rapi di museum.

"Kini museum menghadirkan dan menceritakan kembali semua kisah agar generasi muda mengetahui sejarah bangsanya," kata Supadma Rudana dalam sambutannya secara virtual pada puncak peringatan Hari Museum Indonesia di Yogyakarta, Selasa malam (12/10/2021). 

Supadma yang juga Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi Demokrat dari Dapil Bali mengungkapkan, dalam dua tahun terakhir museum di Indonesia telah memperlihatkan ketangguhannya melawan dampak pandemi. Museum merespon masa sulit penuh ketidakpastian sebagai sebuah tantangan dengan cara berbeda. Museum memastikan tugas utamanya tetap berjalan memberi edukasi dan misi pelestarian. 

Selain itu, Supadma yang juga dikenal sebagai penggiat seni asal Ubud, Gianyar ini menerangkan museum berdamai dengan keadaan melakukan berbagai inovasi dan pengemasan ulang program dan layanannya. 

"Museum memanfaatkan teknologi informasi agar selalu dekat dan mudah diakses masyarakat secara digital untuk mengobati kerinduan para pengunjung, penikmat seni dan penggiat museum," terang Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) ini. 

Politisi muda asal Peliatan Ubud ini memandang museum juga menyajikan identitas melalui presentasi warisan, mempromosikan pluralitas dan keragaman identitas. Secara khusus museum menceritakan keragaman bangsa, menampilkan identitas etnis kelompok maupun personal, mengajarkan, mempelajari, dan mendalami budaya lain untuk menghindari konflik demi menjaga persatuan kesatuan bangsa.

Melalui pameran dan program kegiatan, museum dapat memberikan banyak inspirasi menghubungkan masa kini dengan masa lalu sebagai ruang refleksi yang memberikan pandangan untuk masa depan. Museum juga dapat merubah cara berpikir dan berperilaku seseorang. 

Di masa pandemi Covid-19, lanjut Supadma, museum bahkan memperkuat sensibiltas sosial berkontribusi terhadap perubahan sosial yang lebih baik dengan mengangkat isu yang relevan dengan masa kini. Baik multikulturarisme, perempuan, lingkungan dan kesehatan sehingga dalam konteks yang luas museum berperan membangun ketangguhan bangsa.

Guna memaksimalkan kemajuan museum secara nasional telah dicapai dengan bahu-membahu saling bergandengan tangan bergotong royong dalam satu tujuan bersama baik pemerintah, komunitas dan dukungan pihak swasta agar museum dapat lebih maju dan terasa kehadirannya ditengah-tengah masyarakat.

"Perayaan Hari Museum Indonesia adalah perayaan seluruh rakyat Indonesia, semoga museum terus tumbuh dan semakin tangguh dalam menggapai cita-cita bangsa. Salam museum di hatiku," tutup pemilik Museum Rudana Ubud ini. 

Sementara, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutannya mengatakan, sejak masa sekolah tidak asing mendengar kata museum, namun kedekatan kosakata museum tidak paralel dengan minat kunjungannya.

"Mungkin karena museum terkesan sebagai tempat tumpukan peninggalan sejarah yang lusuh dan berdebu sehingga para siswa lebih memilih berkunjung ke mall atau cafe," kata Gubernur Sri Sultan. 

Sri Sultan Hamengku Buwono X melanjutkan, persoalan klasik museum yakni rendahnya kunjungan karena museum kurang aspiratif, atraktif, dan tidak menghibur. Selain fungsi edukatifnya kurang tergarap baik. Gelombang kunjungan terbesarnya adalah kelompok "paksawan" yaitu siswa yang dipaksa mengikuti program studi tour sehingga diperlukan strategi mediasi dan sosialisasi dengan mengikuti karakteristik pengunjung berupa pameran tematik museum sebagai wisata edukasi.

Museum di masa kini berfungsi sebagai syarat dokumentasi dan pusat penelitian ilmiah, penikmat seni, pengenalan seni dan budaya, obyek wisata, media pendidikan Iptek dan seni, suaka alam dan budaya serta sarana bertakwa kepada Tuhan. Namun betapa pentingnya fungsi museum tidak akan terwujud jika tidak terdukung oleh pola pengajaran sejarah, karena sejarah menjadi mata ajar kelas dua sehingga mengurangi minat belajar siswa apalagi guru-gurunya pun ditetapkan seadanya. 

Padahal menurut Gubernur DIY, pelajaran sejarah bukan hanya masalah pengetahuan masa lalu saja tetapi juga melihat masa lalu agar dimaknai untuk memetakan masa depan sebagai bagian pembentukan karakter pembangunan bangsa.

"Bung karno pernah mengingatkan jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah. Karena itu kita khawatir jika distorsi sejarah masuk dalam mata ajar di sekolah," tegasnya.

Gubernur Sri Sultan menyarankan, agar pelajaran sejarah bisa lebih meresap harus merekonstruksi ingatan historis dan membangkitkan ingatan kolektif. Metode pembelajaran satu arah hanya merekonstruksi ingatan historis, sehingga siswa menjadikan pelajaran sejarah hanya sebagai fakta hapalan tanpa minat untuk memaknainya.

"Saya berharap museum menjadi jembatan informasi edukatif bagi warga masyarakat bangsa Indonesia," harapnya.

Sementara itu, Ketua Panitia 50 Tahun Barahmus DIY, Gusti Kanjeng Ratu Bendara, menjelaskan berbicara museum tidak bisa dilepaskan dari Yogyakarta sebagai Kota Budaya dimana Yogyakarta digunakan lokasi oleh para tokoh nasional untuk melaksanakan musyawarah pertama membahas museum tahun 1962.

"Itu merupakan sebuah tonggak sejarah bagi dunia permuseuman nasional Indonesia," pungkasnya.(BB).