Dewa Ratu! Tidak Puas Kinerja Bendesa, Warga Grudug Kantor Desa Batuagung

  04 Juni 2021 PERISTIWA Jembrana

Ket poto : puluhan warga datangi kantor desa Batuagung terkait ketidak puasan terhada kinerja bendesa

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com Jembrana - Sebanyak 20 orang warga krama Desa Adat Batuagung mendatangi Kantor Desa Batuagung dikarenakan ketidak puasan warga terhadap kinerja Bendesa Adat Batuagung terkait empon-emponan di Pura Dangkhayangan Amertasari, bertempat Aula Kantor Desa Batuagung. Jumat (04/06)

Puluhan warga yang berpakaian adat madia tersebut di terima langsung oleh Perebekel Desa Batuagung I Nyoman Sudarma didampingi oleh sekdes, Babinsa dan Bhabinkamtibmas serta BPD desa. Adapun tujuannya meminta perebekel untuk memfasilitasi para warga untuk bertemu dengan bendesa adat,

Mereka merasa kecewa dengan bendesa adat, lantaran beberapa kali diundang oleh Kelian Pengempon dan panitia Karya Agung Ngenteg Lingih di Pura  Pura Dangkhayangan Amertasari tidak pernah datang.

Atas kejadian tersebut para warga merasa cemas dan diyakini kalau permasalahan tersebut terus berlanjut akan tidak mungkin Desa Batuagung akan di keluarkan dari empon-emponan pura. Diketahui Pura Dangkhayangan Amertasari yang bertempat di lingkungan Mertasari, Desa Lokasari di empon 4 desa, yang terdiri dari Desa Adat Batuangung, Desa Adat Kertajaya Pendem. Lokasari dan Dauhwaru.

Perebekel Batuagung I Nyoman Sudarma dihadapan puluhan warga Desa Batuagung menjelaskan, dirinya selaku perebekel tetap menjaga keharmonisan warga semua, sebelumnya dirinya juga sudah berkoordinasi sebelumnya dengan perwakilan warga, dirinya juga mempersilahkan mengutarakan semua unek-unek terhadap persoalan yang terjadi dan kami hanya memfasilitasi saja dan mencatat nanti hasilnya kami meneruskan ke bendesa adat.

Salah satu warga Banjar Anyar bernama IB Siwantara mengatakan, menyikapi persoalan yang berkembang di kebendesaan akhir-akhir ini saya merasa terpanggil untuk bisa datang kesini, sejak berakhirnya karya ngenteg lingih selasai pada tahun 2019 lalu, terjadi ketidak harmonisan antara bendesa dengan Kelian Pengempon Pura Amertasari.

"Ketidak harmonisan tersebut berimbas terhadap sikap sebagai seorang bendesa dalam menjalan tugas tanggungjawabnya termasuk pengayoman ring krama Adat Batuagung sehingga dimasyarakat tersiar bahwa krama adat Batuagung sudah tidak menjadi pengempon Pura Amertasari, hal tersebut membuat warga kawatir," jelasnya.

Sewantara melanjutkan, Sejak pisah ngempon di Pura Dangkhayangan Perancak Desa Perancak sekitar 2010 lalu, Pura Mertasari yang di anggap menjadi tanam tuwuh, tempat mengantungkan kehidupan tatanan berkrama dengan urusan prahyangan, apa akan dibiarkan lepas begitu saja?, karena sikap bendesa yang tidak mencerminkan tugas kebendesaan sekaligus pengayoman terhadap  krama khusunya di Batuagung.

Ini tidak boleh dibiarkan terjadi berlarut larut..terlebih  karya pujawali sudah dekat tinggal sebulan lagi, tepatnya prangbakat dibulan Juli. Jangan karena persoalan pribadi degan kelian pengempon, malah bendesa menunjukan sikap yang tidak  harmonis, persoalan degan pengempon malah krama desa ikut dibawa bawa. Sekali lagi ini, sikap bendesa sudah meresahkan ditingkat krama adat khususnya desa Batuagung. 

Sementara IB Awangga juga menambahkan, atas sikat bendesa ini dimana selalu menghindari pertemuan dengan pengempon. Bahkan diundang dalam berbagi hal  kegiatan tentang pura terletak dilingkungan Mertasari tersebut, yang bersangkutan tidak pernah hadir.

"Demikian pula ketika diundang resmi dalam forum rapat dengan pengempon Pura Amertasari, bahkan pernah bendesa menolak undangan yang dilayangkan pengempon. Dengan nyiwi,  membuat krama menjadi resah ada trauma kalau benar sampai emponan di Pura Amertasari dilepas, kemana lagi krama Batuagung mencapai 2200 KK akan ngempon pura yang sudah menjadi tegen tegenan tanggung jawab skala niskala krama adat desa Batuagung," ucapnya.

Bila ini merupakan persoalan besar lanjut Awangga, jangan sampai dibiarkan berlarut larut. Kekhawatiran krama, sampai pengempon pura membawa ketingkat paruman yang lebih tinggi, lain lagi persoalanya.  Perbekel selaku pengayom masyarakat untuk ikut memfasilitasi  persoalan ini, walapun perbekel pimpinan  desa, namun karena wilayahnya desa adat ada didlmnya diminta perbekel memfasilitasi keinginan warga yang ada digaris terbawah ini.

Beberapa warga juga mempertanyakan permasalahan selain emponan krama, juga dipertanyakan pedruwen adat berupa tanah Pura Trikayangan Desa, Pura Taman dan Pura Prajapati setra belum bersertifikat, padahal sudah 13 tahun lebih menjabat bendesa. Demikian pula data krama adat. krama tamiu yang tinggal sementara tidak ada jumlah yang valid yang dipertayakan warga.

Atas kejadian tersebut, Perebekel I Nyoman Sudarma berjanji memfasilitasi antara warga dan bendesa, "ini merupakan ranah bendesa, nanti warga harus bertemu dulu dengan Bendesa Adat Batuagung agar permasalahan ini segera bisa diselesaikan biar tidak warga kawatir dengan isu yang belum tentu kebenarannya, nanti apa yang sudah diwacanakan tadi akan kami bawa ke bendesa," tutupnya.(BB)