KPS Se-Kota Denpasar Gelar Rembug Bahas Upaya Menjaga dan Melestarikan Sungai 

  24 November 2020 PERISTIWA Denpasar

Ket foto : Pelaksanaan Rembug Hangat Komunitas Pecinta Sungai se-Kota Denpasar pada Selasa (24/11).

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com Denpasar - Sebagai upaya untuk menyelaraskan gagasan serta menyatukan visi dan misi dalam menjaga dan melestarikan keberadaan Sungai di Kota Denpasar, Komunitas Pencinta Sungai ( KPS ) Se-Kota Denpasar menggelar diskusi bertajuk Rembug Hangat. Kegiatan yang bertujuan untuk saling bertukar pikiran dan temu kangen guna membahas program-program kerja kedepanya ini digelar di Kawasan Tukad Bindu Kesiman pada Selasa (24/11).

Hadir sedikitnya 23 Komunitas Pencinta Sungai ( KPS ) Se-Kota Denpasar. Yakni KPS Mertagangga, KPS Bina Ubung, KPS Bantas Teduh, KPS Lungatad, KPS Jempiring Putih, KPS Alu Paling Lumintang, KPS Bappadas, KPS Tukad Payuk, KPS Taman Pancing, KPS Pekaseh, KPS Gerembeng, KPS Beten Blimbing, KPS Alu Buntut, KPS Pasukan Katak, KPS Cacung, KPS Lila Ulangun, KPS Kesiman River, KPS Pendem, KPS Tukad Bindu, KPS Wanasari , KPS Seruling Ayung Lestari, KPS Eco Enzim Brahmanda dan KPS Lobong.

Kaling Banjar Ujung Kesiman, I Gusti Agung Rai Ari Temaja yang juga selaku Komunitas Tukad Bindu mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu upaya untuk mendukung terciptanya sungai bersih di Kota Denpasar. Dimana, dengan banyaknya tumbuh kesadaran relawan yang tergabung dalam Komunitas Pecinta Sungai (KSP) dapat menggugah kesadaran masyarakat untuk ikut merawat dan melestarikan sungai.

“Kegiatan ini adalah sebagai bentuk upaya penyamaan persepsi serta untuk merancang program kerja kedepan, sehingga sinergitas yang terintegrasi dapat mendukung terciptanya sungai bersih dan asri di Kota Denpasar,” jelasnya

Lebih lanjut dijelaskan,  dalam mendukung terciptanya sungai bersih memang tidak dapat dilaksanakan secara sendiri. Melainkan diperlukan sinergitas dan kolaborasi antara hulu dengan hilir. Tak hanya itu, kolaborasi bersama seluruh stake holder yang berdaya mulai dari masyarakat, komunitas, pemerintah, swasta, akademis, dan adat juga sangat penting.

“Sehingga gerakan ini mampu meraih pencapaian bersama dengan bersinergi untuk saling kesepahaman dan keserasian menuju keselarasan yang bertanggung jawab, dimana secara sederhana mengembalikan sungai sebagai kawasan yang disakraklan dan menggugah kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai,” pungkasnya. (BB)