Pandemi Covid 19, Harga Lombok Besar di Jembrana Naik Turun

  14 Oktober 2020 PERISTIWA Jembrana

Ket poto : Hasil panen lombok besar kuwalitas bagus. Harga ditingkat petani Rp 15 ribu

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Jembrana. Pandemi covid 19 yang melanda negeri ini, ternyata sangat berdampak pada sektor pertanian dan perkebunan di Jembrana, termasuk harga lombok besar.

Sedak covid 19 melanda, harga lombok besar di Jembrana cendrung naik turun. Meskipun demikian, petani lombok di Jembrana mengaku masih meraup untung meskipun tidak banyak. Namun tetap bisa menyerap tenaga kerja.

"Kalau bicara untung, pastilah masih ada untung meskipun harga lombok turun. Tapi yang terpenting kami bisa mempekerjakan banyak orang. Karena saat covid 19 banyak karyawan yang dirumahkan," ujar Komang Suartika, petani lombok asal Desa Medewi, Kecamatan Pekutatan, Rabu (14/10/2020).

Menurut Suartika yang juga mantan Perbekel Medewi ini, saat ini harga lombok besar di tingkat petani berkisar Rp 15 ribu per kilonya. Harga ini mengalami penurunan dari seminggu sebelumnya, yakni Rp 25 ribu per kilo. Namun sebelum diharga Rp 25 ribu per kilo, sempat juga hanya Rp 10 ribu per kilonya.

Dengan harga yang naik turun tersebut menurut Suartika, yang juga seorang pengacara ini, mengaku masih mendapat untung meskipun tidak banyak. Ini terjadi lantaran sebelun masa panen cuaca di Jembrana relatif bagus, sehingga lombok yang dihasilkan kuwalitas cukup bagus.

"Tapi sekarang sudah masuk musim hujan, jelas nanti mempengaruhi buah. Biasanya jika curah hujan tinggi lombok yang dihasilkan kualitasnya rendah, banyak yang busuk. Kalau ini terjadi pastilah petani rugi," tuturnya.

Dengan harga di tingkat petani saat ini Rp 15 ribu perkilo dengan kuwalitas lombok bagus, bisa mendapatkan untung sekitar Rp 50 juta sampai Rp 70 juta per hektarnya. Karena menurutnya, biaya produksi per hektar mencapai Rp 125 juta dan jika buah lombok bagus bisa mendapatkan hasil panen sekitar Rp 200 juta.

"Tapi sekarang sudah masuk musim hujan, saya harus kebut panennya karena takut buahnya busuk karena curah hujan yang tinggi," katanya yang mengaku saat ini memiliki tanaman lombok besar seluas 2,5 hektare.

Namun demikian menurut suartika yang akrab di panggil Mang Bole, yang terpenting buatnya adalah, bisa mempekerjakan warga sekitar lebih banyak disaat pandemi covid 19. Dimana di sekitar dia tinggal banyak yang di rumahkan dari pekerjaannya karena wabah corona.(BB)