QRIS Satukan Warga Sabang sampai Merauke

Bali Contoh Penerapan QRIS, Rai Wirajaya: Tak Perlu Bawa Uang dan Kartu Terlalu Banyak

  27 Februari 2020 EKONOMI Denpasar

Baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Sejak diluncurkan pada Agustus lalu, sosialisasi dan edukasi QR Code Indonesian Standard (QRIS) berjalan seperti yang diharapkan. Bahkan, saat ini Bali menduduki posisi tujuh urutan nasional dengan 66 ribu mercant yang menggunakan QR Code Indonesian Standard (QRIS) dan menjadi contoh model bagaimana mengkampanyekan QRIS kepada masyarakat. 
 
Seiring dengan mulai diberlakukannya QRIS pada masyarakat, Anggota DPR RI Komisi XI I Gusti Rai Agung Wirajaya, memandang penerapannya sebagai bentuk nasionalisme bangsa Indonesia sebab QRIS sebagai wujud sistem pembayaran nasional. 
 
"Jangan sampai kita menerima begitu saja sistem pembayaran dari luar, padahal kemajuan SDM kita sudah sangat mumpuni. Ini jadi tolok ukur bahwa SDM kita mumpuni, dan negara-negara lain mulai bertanya dan menduplikasi," tegas Rai Wirajaya disela-sela seminar “QRIS dan Lembaga Keuangan Mikro” yang digelar di Gedung Dharma Negara Alaya, Denpasar, Kamis (27/2/2020)
 
Ia berpendapat dengan adanya sistem pembayaran ini sehingga bisa menyatukan masyarakat dari Sabang sampai Merauke. Dengan hadirnya digitalisasi ini memudahkan masyarakat dalam bertransaksi. 
 
"Masyarakat tidak perlu nantinya membawa uang tunai ataupun kartu terlalu banyak, cukup gunakan QRIS," jelasnya. 
 
 
Rai Wirajaya menilai dengan menggunakan smartphone transaksi bisa terintegrasi secara keseluruhan. Ia juga mengungkapkan bagaimana kedepannya tidak lagi banyak menggunakan banyak barcode, tetapi hanya gunakan satu barcode yang terintegrasi. Untuk itu, Rai Wirajaya meminta BI selaku pelaksana agar meminimalisir banyaknya barcode dari setiap mercant. 
 
Ket Foto: Anggota Komisi XI DPR RI, I Gusti Agung Rai Wirajaya bersama Kepala KPw BI Bali, Trisno Nugroho 
 
"Banyaknya barcode dari masing-masing mercant, terlihat tidak begitu apik tampilan di depan kasir, terlalu banyak. Jadi cukup satu barcode saja yang bisa terintegrasi ke seluruhnya," terangnya.
 
Saat ini, lanjut Rai Wirajaya, ada beberapa negara lain yang mulai meniru langkah Indonesia menggunakan QRIS. Dengan mulai diberlakukan sistem pembayaran menggunakan QRIS, tidak salah jika harus merasa bangga dalam melangkah kedepan. 
 
"Sebelumnya ada Pembayaran Gerbang Nasional (PGN), sekarang ada QRIS yang menyatukan kita semua. Kita harus acungkan jempol ke BI yang terus melakukan inovasi," ungkapnya, sembari berpesan agar BI terus berinovasi, semangatnya dan idealismenya harus digalakkan semua.
 
 
Dalam kesempatan yang sama, Kepala KPw BI Bali, Trisno Nugroho mengatakan fokus seminar kali ini adalah pada peluang dan potensi pemanfaatan QRIS sebagai salah satu kanal pembayaran non-tunai dalam mendorong lembaga-lembaga keuangan mikro guna meningkatkan kinerja lembaga yang juga mampu memberi kontribusi positif terhadap peningkatan perekonomian Bali.
 
"Dalam rapat-rapat Dewan Gubernur BI, Bali kerap disebut-sebut dan dijadikan contoh penerapan QRIS, apalagi ditambah ratusan koperasi dan seribu lebih LPD berencana menggunakan QRIS," tutur Trisno.
 
Seminar ini sekaligus menutup rangkaian kegiatan QRIS yang sebelumnya telah dibuka dengan acara talkshow “Belanja Praktis Dengan QRIS” , Rabu (26/2/ 2020). Selain talkshow dan seminar juga menyelenggarakan pameran UMKM QRIS.
 
Dalam kesempatan ini tampak dihadiri pula Walikota Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra,  Sekertaris Daerah Kota Denpasar, A.A Ngurah Rai Iswara, Asisten Gubernur Bank Indonesia, Filianingsih Hendarta, Direktur Eksekutif Departemen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran, Pungky Purnomo Wibowo; Direktur Utama BPD Bali, I Nyoman Sudharma.(BB).