Pak Oles: Buang Racun Tubuh Jaga Kesehatan Prima

  28 September 2019 KESEHATAN Denpasar

GNW for Baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Proses pembuangan racun dalam tubuh manusia (Detokfikasi) yang berasal dari makanan, minuman dan gaya hidup dari sisa metabolisme harus dapat dilakukan dengan baik, sehingga mampu menjaga  kesehatan yang prima.  “Upaya itu diimbangi  menjaga kesehatan usus dengan mengkonsumsi makanan berserat, yakni sayur, buah, beras merah, rumput laut, ikan dan lebih banyak minum air putih lebih dari dua liter per hari,” tandas Dirut PT Karya Pak Oles Tokcer, Dr. Ir. Gede Ngurah Wididana, M.Agr pada Seminar Body & Mind Detox (Detox tubuh dan pikiran) yang diikuti sekitar 50 peserta dari berbagai latar belakang dan profesi  di Bokashi Farm, Jln Waribang, Kesiman, Denpasar Timur, Jumat siang  (27/9).
 
 
Detokfikasi yang lebih dikenal dengan sebutan detox merupakan  proses pembuangan racun dalam tubuh yang berasal dari sisa makanan, minuman dan pikiran yang kurang  sehat akibat kekotoran batin, kebencian, keinginan  dan ketamakan. Racun-racun dari pikiran tersebut dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan manusia. Untuk itu racun dari dalam tubuh dan pikiran harus dapat dikeluarkan dan dibuang melalui pencernaan, karena perut ibarat api yang membakar semua racun sehingga penyakit dapat dibinasakan, disamping tetap memelihara kemampuan tubuh untuk menangkal oksidasi.
 
Alumnus S-2 Faculty Agriculture University of The Ryukyus dan S-3 IHDN Denpasar itu mengingatkan, sehat dan panjang umur itu mennjadi dambaan setiap orang yang hidup di muka bumi ini. Untuk itu harus rajin melakukan latihan pernafasan, jalan kaki, olah raga ringan, cinta kasih, pemaaf, optimis. Hidup cukup, tidak banyak kebutuhan, hati tenang, gembira, damai. Tidur cukup, tidur lebih awal bangun lebih pagi hidup disiplin makanan sederhana membaca dan  menulis.
 
Pikiran yang tenang dan rileks (mind control & positive thinking) nafas yang lembut dan penuh, sadar (meditasi, pranayama, yoga). Konsumsi makanan yang alami, tidak berlebihan, seimbang, terjadwal  dan tidak penuh (makan sehat, berhenti sebelum kenyang), banyak minum air putih (lebih dari 2 liter / hari) serta minum  Teh Herbal untuk detox (tergantung efek herbal).  Metode pembersihan tubuh Ayurveda. Vaman (muntah), Virecan (puasa),  Basti (enema) Nasya (melalui hidung), Raktamoksa (dari dalam darah), dengan menggunakan air (terapi air minum). Herbal (loloh, jamu, teh herbal).
 
 
 
Selain itu juga dapat melakukan pijat, gosok  menggunakan minyak herbal), mandi uap, bokashi therapy, saunna, cuci perut dengan herbal, minum madu maupun. Sedapat mungkin mengurangi makanan produksi pabrik, kemasan, instan, beku & dalam lain (makanan miskin enzim). Memasukkan (memakan) vitamin, enzim, mineral, serat & fitokimia (berasal dari sayur, buah & nabati). Secara disiplin mampu makan dengan teratur, tidak berlebihan, minum teh herbal yang dapat membersihkan usus yakni Teh Daun Jati Cina, salah satu dari 16 jenis teh herbal yang telah diluncurkan serta konsumsi pepaya matang.
 
Mengunyah makanan dapat dilakukan secara perlahan lahan yakni makan dengan kesadaran dengan  tujuan makan untuk sehat dan bahagia. Semua bahan makanan itu menggunakan minyak berkualitas tinggi mengandung omega 3. Makanan dan minuman yang dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari sedapat mungkin mengurangi gula putih, ganti pemanis dengan madu atau gula merah (brown sugar), jauhi rokok dan alkohol. Bersihkan usus dengan enema, pepaya,  teh kuncup bunga, teh jati cina, loloh (green smoothy)
 
Usahakan sedapat mungkin bisa melakukan puasa  sekali dalam seminggu, disertai dengan melakukan  pernafasan perut (ubah cara bernafas), lakukan pranayama perut (Yoga/Ayurveda). Memasukkan makanan, air, udara, sinar matahari ke dalam tubuh adalah memasukkan prana ke dalam tubuh. Makanan, air, udara, sinar matahari yang sehat adalah prana. Manusia mengelola, menjaga prana di dalam tubuhnya dengan Yoga. Prana berfungsi untuk meremajakan sel, mengusir, membunuh penyakit, menetralkan/membuangracun dari dalam tubuh, ujar Pak Oles.
 
 
Pembicara lain, Staf Ahli PT Songgo Langit Persada (SLP), Ir. Gusti Ketut Riksa mengatakan, sampah bukan hanya di alam, dalam tubuh manusia juga ada “sampah”. Fenomena “sampah” dalam tubuh persis sama dengan masalah sampah di alam, yakni sama-sama menggangu, mencemari lingkungan bahkan sebagai sumber penyakit. Oleh sebab itu  sampah di alam dan sampah dalam tubuh manusia  harus dibuang, keduanya dapat didaur ulang menjadi produk baru yang dapat dimanfaatkan kembali. Kejadian ini di tubuh manusia disebut detoksifikasi dan di Bali  mengenal filsafat “Bhuana Agung sama dengan Bhuana Alit”.
 
 
Sampah di alam berupa pecahan kaca, plastik, metal kardus dikumpulkan oleh pemulung didaur ulang oleh pabrik, sementara dalam tubuh manusia dikumpulkan oleh enzim, didaur ulang oleh enzim dan dibuang juga oleh enzim. Dengan demikian kerja enzim sangatlah berat. Para ilmuwan meneliti enzimnya; ditemukan bahwa enzim itu adalah “zat” sekaligus bukan “zat”. Yang dikatakan bukan zat atau benda fisik, namun “benda meta fisik” atau berada di luar alam fisik sehingga tidak dapat ditangkap dengan pancaindra. Para peneliti menyebutnya “life power”, orang Cina menyebutnya chi, orang Jepang menyebut ki, orang Yahudi menyebutya ruah yang berarti nafas kehidupan, orang Yunani menyebut pneuma, orang Polynesia menyebutnya mana, Hindu menyebutnya prana.
 
Prana itu merupakan aliran energi yang misterius yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir, kerja indokrin, kerja mental, sistim kekebalan tubuh, pencerahan yang lebih tinggi dan bekerja lahir dan batin.  Karena itu mustahil rasanya makhluk hidup tanpa enzyme karena dalam enzyme itulah terdapat daya hidup. Energi hidup hanya terbentuk secara alami bukan ciptaan manusia dilaboratorium. Dalam upaya memperbanyak protein dan enzim akan dapat menunda proses penuaan. Inilah yang sangat berperan dalam detoksifikasi, ujar Riksa.(BB)