Sate Gurita Mek D Resep Lokal Disukai Wisatawan Asing

  02 Juli 2019 SOSIAL & BUDAYA Karangasem

(I Made Mertawan/Bali Express)

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Karangasem. Bagi Anda penikmat sate, makan sate kambing, babi, sapi maupun sate ayam,  tentu hal biasa. Bagaimana jika yang dijadikan sate adalah gurita? Sekali mencoba, bakal bisa ketagihan.
 
 
Salah satu warung khas sate gurita yang melegenda di Karangasem adalah Warung Sate Gurita Mek D. Warungnya berada di pinggir Jalan Raya Abang-Kubu. Persisnya di Dusun Merita, Desa Laba Sari, Kecamatan Abang, Karangasem.
 
Warung Mek D sudah ada sejak 30 tahun lalu. Sejak awal berdiri, pemilik warung Ni Made Ririp,60, tetap mempertahankan cita rasa. Gurita diolah menjadi sate dengan bumbu khas Bali. “Rasanya masih tetap seperti dulu. Kalau rasanya berubah-ubah nanti pelanggannya hilang,” ujar Ririp kepada Bali Express (Jawa Pos Group) belum lama ini.
 
Dikutip dari baliexpress.jawapos.com, untuk mempertahankan cita rasa tersebut, Ririp menakar sendiri bumbu satenya. Baru sejak beberapa tahun lalu, tips mencampur bumbu itu 'diwariskan' kepada salah satu menantunya yang kelak menjadi penerus warung tersebut. “Sekarang masih saya sendiri yang bikin bumbunya,” sambung Ririp.
 
Meski tak merinci detail bumbu sate tersebut, Ririp menegaskan bahwa untuk membuat sate, gurita tinggal dipotong-potong. Sebelum dibakar, daging tersebut dicampur bumbu Bali. Baru kemudian ditusuk-tusuk, lalu dibakar. Sate gurita dihidangkan dengan bumbu kuning yang merupakan campuran santan dengan tepung dan ditambah bumbu Bali ala Ririp.
 
 
Selain dijadikan sate, gurita juga diolah menjadi rawon. Ini semakin membuat pelanggan ketagihan. Satu porsi lengkap hanya Rp 30 ribu. Terdiri dari nasi, lima tusuk sate gurita, rawon gurita dan pepes ikan. Pelanggannya tidak sebatas warga lokal di sekitarnya. Warung Mek D juga menjadi langganan wisatawan mancanegara (wisman). Maklum jalur tersebut merupakan jalur pariwisata.  Tak sedikit wisman datang tanpa guide (pemandu wisata). “Banyak pembeli yang sudah pernah datang, datang lagi khusus cari sate gurita. Mereka  mengaku khusus ingin menikmati sate gurita,” terangnya.
 
Namun demikian, warung tersebut tak pernah membedakan harga. Baik wisman, wisatawan domestik atau warga lokal. Harganya sama. Terkecuali ada order harga dari guide. “Guide bisa saja mengangkat harga. Tapi jangan banyak-banyak. Saya tetap minta satu porsi seharga Rp 30 ribu,” ungkapnya.
 
 
Warung tersebut buka pukul 09.00-20.00 Wita. Pelanggannya  rata-rata lebih dari 50 orang per hari. Dalam sehari sekitar 50-60 kilogram gurita diolah menjadi sate dan rawon. Sebagai antisipasi kesulitan mendapatkan gurita, Ririp berlangganan dengan dua pengepul gurita. “Kasihan pembeli kalau sampai tidak dapat sate gurita. Makanya harus terus punya stok,” jelasnya.
 
Wisatawan Bilang 'Good Good'
 
 
Dari sekian banyak pembeli yang menikmati kuliner gurita khas Warung Mek D, tak sedikit pembeli penasaran terhadap resep sate gurita. Banyak dari mereka yang menanyakan resepnya, terutama wisatawan domestik. Namun, Ririp tak pernah menyampaikan secara detail. “Mungkin saja mereka merasakan satenya enak. Jadi ingin tahu. Saya cuma bilang bumbunya bumbu Bali. Bumbu genap,” jelasnya.
 
 
Selain ingin tahu resepnya, banyak juga yang mengambil gambar saat Ririp bakar sate. Katanya akan diunggah di media sosial. “Saya bilang tidak apa-apa, silakan,” ujarnya.
 
Jika wisatawan lokal lebih banyak bertanya rahasia pembuatan, wisman lebih banyak memuji.  Hanya segelintir yang kepo soal proses. “Habis makan, bule sering bilang, good good,” tandas Ririp. (BB)