Jambak dan Tarik Siswinya hingga Berdarah, Kepsek SMA Saraswati Dipolisikan

  10 Mei 2019 PERISTIWA Klungkung

Baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Klungkung. Seorang siswi SMA Pariwisata Saraswati Klungkung, Ni Komang Putri (19) asal Desa Tojan, Klungkung melaporkan kepala sekolahnya ke Polres Klungkung, Kamis (9/5).
 
 
Kepala SMA Pariwisata Saraswati Klungkung, I Gusti Made Suberata dilaporkan dengan dugaan penganiayaan yang dilakukan kepada siswi IPB Kelas XII tersebut.
 
Menurut penuturan Putri, peristiwa itu berawal ketika ia sedang berbaris bersama teman-teman yang lain untuk mengikuti kegiatan pelepasan siswa kelas XII.
 
Putri yang saat itu tidak menggunakan pakaian adat Bali wanita, diminta untuk keluar dari barisan. 
 
Putri mengaku tidak menggunakan pakaian adat karena pusing kalau harus memakai sanggul. Sehingga ia memilih ke sekolah dengan menggunakan setelan jas.
 
 
 
“Rambut saya pendek, setiap menggunakan spray rambut, saya sakit kepala, sehingga rambut saya tidak bisa disanggul. Jadi saya putuskan pakai setelan jas. Pakaian saya rapi kok dan menurut saya tidak mempengaruhi berjalannya graduation (pelepasan, Red),” katanya.
 
Setelah keluar dari barisan, Putri pun duduk di dekat tempat acara. Beberapa saat kemudian, ia dilihat oleh salah seorang gurunya, I Gusti Ngurah Sanjaya. 
 
Sanjaya pun bertanya kenapa Putri tidak ikut berbaris dan oleh Putri dijelaskan bahwa ia diminta keluar dari barisan lantaran tidak berpakaian adat Bali. 
 
Sanjaya pun menasihati Putri namun dengan suara yang keras sehingga membuat ia malu karena diperhatikan dengan orang sekitar.
 
“Karena saya malu dibentak-bentak, saya tanya balik, “Kok bapak jengat (berkata dengan nada tinggi, Red)”. Terus datang kepala sekolahnya,” tuturnya.
 
Putri mengambarkan,  Kepsek Gusti Suberata itu datang dan menarik tangannya. Suberata juga menjambak rambut dan mengocok kepala Putri dan lalu menariknya ke ruang Tata Usaha (TU). 
 
Saat tiba di ruang TU, tangan Putri ditarik sangat keras sehingga tubuhnya langsung terhempas jatuh ke lantai. 
 
“Mulut saya langsung terbentur ke lantai dan keluar darah,” terang siswi berambut pendek itu.
 
Tak terima atas perlakukan guru dan kepala sekolahnya itu, Putri lantas menghubungi ayahnya, Wayan Suta Sudana. 
 
 
Saat hendak menghubungi ayahnya, ia mengaku dihalang-halangi sejumlah gurunya. 
 
“Langsung bapak saya datang setelah saya telepon. Waktu bapak saya datang, kepala sekolah tidak ada seperti tidak pernah melakukan kesalahan apapun,” beber wanita tomboi tersebut. 
 
Wayan Predi Astika, 25 yang merupakan kakak Putri menambahkan, ia melihat adiknya berdarah dan langsung mengajak adiknya ke Polres Klungkung.
 
Pada laporan tersebut ia menyebut Kepala SMA Pariwisata Saraswati Klungkung sebagai pelaku penganiayaan. Oleh pihak Polres Klungkung, adiknya diantar untuk melakukan visum. 
 
“Rekaman CCTV juga sudah diambil pihak Polres Klungkung. Di sana terlihat saat adik saya dijambak. Cuma tidak ada rekaman saat dihempaskan di lantai TU padahal di sana ada CCTVnya juga,” ujarnya.
 
 
Astika pun kukuh tidak ingin berdamai dengan Suberata. Menurutnya kekerasan fisik yang didapat adiknya di SMA Pariwisata Saraswati Klungkung, bukan kali pertama terjadi.
 
Sementara itu, Kepsek Gusti Suberata saat dikonfirmasi memiliki cerita berbeda.
 
Dituturkannya, karena melihat Putri dan Sanjaya bersitegang, ia pun meminta Putri agar masuk ke dalam ruang TU agar tidak menimbulkan kegaduhan.
 
 
Namun Putri menolak sehingga ia pun berupaya agar Putri mau masuk ke ruang TU. Saat didorong ke ruang TU, kaki Putri tersandung keramik sehingga terjatuh.  Namun Suberata mengaku tidwk tahu anak didiknya berdarah akibat kejadian tersebut.
 
“Kami akan bertemu dengan siswa dan keluarga siswa di rumahnya untuk menceritakan kejadian sebenarnya. Kalau tidak mau berdamai maka kami mengikuti proses hukum,” ujarnya.
 
Kasat Reskrim Polres Klungkung, Mirza Gunawan saat dikonfirmasi membenarkan laporan tersebut. Gusti Suberata dilaporkan atas dugaan penganiayaan sehingga oleh pihaknya langsung diantarkan untuk melakukan visum. 
 
“Beberapa barang bukti telah diamankan. Keterangan saksi-saksi sudah diminta. Ada gurunya di sana. Seperti apa sih peristiwanya. ,” pungkasnya. (BB)