Terkendala Mesin Pencacah, Tumpukan Sampah di TOSS Sente Beralih Jadi Pupuk

  26 April 2019 PERISTIWA Klungkung

ist

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Klungkung. Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) Sente, Desa Pikat, Kecamatan Dawan tak juga bisa mengolah sampah yang diterima dari rumah tangga. Meski telah memiliki alat pencacah dan mesin pelet, ternyata tidak semua sampah yang datang dapat diolah. Akibatnya, tumpukan sampah yang menggunung pun terbakar. Terbakarnya sampah dan timbulnya asap ini menyebabkan kondisi bekas TPA Sente tersebut tak jauh beda saat lokasi tersebut masih berstatus TPA.
 
 
Berdasarkan pantauan di TOSS Sente, Kamis (25/4/2019), asap tebal terlihat jelas muncul dari celah-celah sampah. Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Kabupaten Klungkung, Anak Agung Kirana saat dikonfirmasi, Kamis (25/4/2019) membenarkan telah terjadi kebakaran pada tumpukan sampah di TOSS Sente. 
 
Kebakaran sampah itu terjadi lantaran terjadi akumulasi gas metana di dalam tumpukan sampah yang akhirnya keluar dari celah-celah sampah dan menimbulkan kebakaran. “Titik kebakarannya baru. Kalau sempat hujan, terus kembali lagi panas 2-3 hari, gas metananya meningkat,” ujarnya.
 
Sampah yang terus menumpuk di TOSS Sente, menurut Agung Kirana disebabkan kapasitas mesin pencacah dan mesin pelet yang dimiliki masih sangat terbatas. Kapasitas sampah yang diterima jauh lebih banyak dibandingkan sampah yang mampu diolah. Kondisi ini pun menyebabkan Dinas Lingkungan Hidup kembali harus putar otak untuk bisa mengatasi tumpukan sampah.
 
Jalan satu-satunya dengan kembali memilah sampah sehingga sampah organik dapat digunakan menjadi pupuk. Untuk bisa merubah sampah menjadi pupuk, himbauan yang diikuti dengan sanksi diterapkan Pemkab Klungkung terhadap warga Klungkung.
 
 
Menurutnya sekitar 60 persen sampah yang dibawa ke TOSS Sente telah terpilah sehingga akan memudahkan untuk pengolahan sampah menjadi pupuk. Pembuatan pupuk ini juga menjadi solusi Pemkab Klungkung mengolah sampah di tengah terbatasnya kapasitas mesin pencacah dan mesin pelet yang dimiliki. “Jadi semua jalan. Tahun ini kami juga berencana menambah enam mesin pencacah dan enam mesin pelet untuk mengatasi masalah sampah ini,” tandasnya.
 
Sementara untuk sampah yang terbakar, langkah-langkah yang bisa dilakukan yakni dengan menyemprotkan air ke sampah dan mengorek-ngorek sampah menggunakan alat berat. Diharapkan dengan cara ini gas metana tidak berakumulasi di dalam tumpukan sampah. 
 
 
Sayangnya keterbatasan anggaran membuat pemasangan pipa untuk penyaluran gas belum bisa dilakukan. “Kemungkinan di anggaran perubahan diusulkan. Untuk berapa nominal yang dibutuhkan dan titik pipa tersebut, harus melakukan survei bersama konsultan dari Malang,” kata Kirana. (BB)