TOSS Paksebali Terkendala Mengolah Sampah, Lalat Mulai Serang Warga

  27 Maret 2019 PERISTIWA Klungkung

ist

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Klungkung. Meski telah mengoperasikan tempat olah sampah setempat (TOSS), Desa Paksebali belum bisa mengelola sampah rumah tangga yang bersumber dari 400 kepala keluarga. Pasalnya, sampah yang tiap harinya mencapai dua truk tersebut hanya dapat diolah sekitar satu mobil pickup. Akibatnya, sampah terus menumpuk di Desa Paksebali hingga menimbulkan lalat yang mulai menyerang rumah warga.
 
 
Kondisi ini pun diakui Perbekel Desa Paksebali Putu Ariadi. Menurutnya TOSS di Desa Paksebali masih terkendala dengan keterbatasan mesin pengolah sampah dan tenaga petugas sampah. Selain itu keterbatasan lahan pengolahan sampah membuat sampah yang dihasilkan warga tidak dapat tertampung seluruhnya di TOSS. 
 
 
“Hanya satu pickup saja yang bisa kami olah di TOSS Paksebali dan TPS3R Paksebali. Sisanya kami buang di TPA Banjar Belahpane, Desa Sidan, Gianyar,” ungkapnya yang menambahkan di TOSS Paksebali sudah dilakukan pemilahan sampah dengan memilih sampah yang dapat langsung dijual.
 
 
Menurut Ariadi akibat tidak bisa lagi membuang sampah ke TPA Banjar Belahpane, pihaknya lantas membuat tempat pembuangan sementara (TPS) Kung di Dusun Timbrah, Desa Paksebali sejak 1 Maret 2019 lalu. Sampah yang tidak bisa diolah di TOSS ini pun akhirnya dibuang di TPS yang memiliki luas 50 are tersebut. “Lahan itu diberikan warga secara cuma-cuma,” ujarnya. 
 
 
Jumlah sampah yang lebih besar dari kapasitas alat pengolahan sampah ini pun membuat sampah di TPS Kung terus bertambah. Bau sampah yang menyengat pun mulai dirasakan warga sekitar. Lalat pun mulai banyak menyerang rumah warga. Bahkan kian banyak sejak Rabu (20/3/2019). Permukiman warga yang berada sekitar 100 meter dari TPS paling merasakan dampak dari tumpukan sampah tersebut. Ada sekitar 20 KK yang sudah terdata mengeluhkan masalah lalat tersebut.
 
 
“Dampaknya sampai ke rumah warga yang jaraknya sekitar 100 meter dari TPS. Ada sekitar 20 KK yang tinggal di 15 pekarangan berbeda diserang lalat ini. Dirasakan sangat menggangu, warga pun mengeluhkan,” ucapnya.
 
 
Keluhan warga ini pun langsung ditindaklanjuti Kantor Desa Paksebali. Melalui BUMDes Paksebali pihaknya telah melakukan penyemprotan lalat dengan cairan pembasmi lalat. Namun, karena serbuan lalat tidak kunjung berhenti, BUMDes Paksebali akhirnya memberikan bantuan berupa alat penyemprot dan cairan pembasmi lalat kepada setiap pekarangan yang terkena dampak serangan lalat ini.
 
 
“Lalat datang semakin banyak jadi sangat mengganggu. Sementara, belum ada warga mempermasalahkan keberadaan TPS ini karena sebelumnya kami sudah sosialisasikan dan kami ungkapkan masalah yang kami hadapi,” terangnya.
 
 
Pihak Desa Paksebali pun berharap agar Pemkab Klungkung bisa memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi. Apalagi kondisi serangan lalat akibat tumpukan sampah ini tidak hanya dialami Desa Paksebali saja namun juga desa-desa lain di Klungkung. (BB)