BPBD Ungkap Itu Banjir Tahunan

Viral di Medsos, Tulamben Diterjang Banjir Lahar Dingin

  18 Maret 2019 PERISTIWA Karangasem

berbagai sumber

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Beredar hoax jika di kawasan Tulamben, Karangasem, Bali terjadi banjir lahar dingin akibat derasnya hujan di kawasan itu, pada Senin (18/3) siang.
 
 
Viral di media sosial facebook, seperti dikutip dari salah satu akun facebook atas nama OO Gabret yang mengungkapkan jika banjir tersebut adalah banjir lahar dingin Gunung Agung.
 
Atas peristiwa banjir tersebut banyak netizen yang mengunggahnya di media sosial.
 
 
Terkait informasi itu, dikonfirmasi kepada BPBD Provinsi Bali adanya banjir lahar dingin di Tulamben adalah tidak benar.
 
Kepala Pelaksana BPBD Bali I Made Rentin telah melakukan pengecekan dan koordinasi dengan BPBD setempat. Dengan tegas Rentin membantahnya. 
 
 
"Ini "BUKAN" banjir lahar dingin. Tapi derasnya hujan dan drainase yang tidak bagus, sehingga air meluber ke jalan. Petugas sedang lakukan atensi di lapangan," ucapnya.
 
Hasil koordinasi dengan BPBD Karangasem dengan rekan Freddy dan rekan Pasebaya, lanjut Rentin bahwa kondisi yang terjadi di Tulamben bukan banjir lahar dingin.  
 
 
"Kondisi tersebut yang terjadi di lokasi Tukad Mati yang melintasi jalur lalu lintas. Kondisi tersebut kerap terjadi jika ada curah hujan tinggi di hulu," katanya.
 
Ditambahkan Kalak BPBD Karangasem Ida Bagus Arimbawa kondisi banjir di wilayah tersebut adalah banjir bandang yang ada di wilayah kecamatan Kubu.
 
Untuk banjir bandang dibeberapa titik di wilayah kecamatan Kubu jalan nasional dan wilayah Seraya, Karangasem jalan provinsi sudah menjadi hal biasa setiap tahun. Karena lokasi banjir bandang itu merupakan jalan pintasan air (alur air). Saat musim kering menjadi jalan biasa yang dipakai lalin semua kendaraan, sedangkan saat musim hujan menjadi jalan pintasan air. Jadi perlu menunggu 1 sampai 3 jam air baru surut dan bisa dilewati. Ini sudah sering disampaikan saat rapat-rapat baik tingkat kabupaten, provinsi dan nasional," ungkapnya.
 
 
 
"Bahkan saat banjir bandang tahun 2015 langsung bapak wagub saat itu bapak Sudikerta kelapangan dan hasilnya masih seperti saat ini. Karena membuat jembatan diatas pintasan perlu landasan yang panjang untuk menghindari terjadinya kecelakaan dan kalo diliat dari lokasi banyak rumah penduduk dan fasilitas lainnya yang harus dikorbankan/dipindahkan. Itu penjelasan hasil diskusi saat saya tanyakan kpd petugas balai jalan nasional saat penanganan longsor di Sanghyangambu bulan Februari lalu," paparnya.
 
Untuk saat ini yang menjadi atensi jika air sampai masuk atau menggerus rumah, hotel atau fasilitas lainnya.(BB)