Astaga! SLBN Negara Kekurangan Guru dan Pengasuh Anak

  15 Maret 2019 PENDIDIKAN Jembrana

ilustrasi nett

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Jembrana. Miris dan memperihatinkan. Itulah gambaran yang terjadi di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Negara. Saat ini jumlah siswa di sekolah tersebut cukup banyak, namun sayang jumlah guru sangat minim.
 
 
Informasi yang berhasil dihimpun menyebutkan, saat ini tercatat ada 143 siwa yang bersekolah di SLB tersebut, jumlah tersebut tercatat dari tingkat SD sampai SMA. Sementara jumlah guru/tenaga pendidik masih kurang, yakni hanya 13 orang.
 
"Jumlah guru tersebut masih sangat minim, 13 orang tenaga pendidik tersebut statusnya PNS. Jumlah tersebut sudah termasuk kepala sekolah,” terang Kepala TU SLBN Negar Nengah Bandi Astawa didampingi Kepala Sekolah SLBN Negara Made Ngurah Adi Bagiartha, Jumat (15/3/2019).
 
Lanjutnya, dari jumlah tersebut belum seluruhnya memiliki sertifikat/ijasah pendidikan luar biasa (PLB). Kondisi tersebut tentunya belum bisa dikatakan layak.  
 
Ke depan katanya sarana prasarana pendidik perlu ditingkatkan karena saat ini sebagian besar pendidik merupakan guru sekolah umum bukan khusus. Apalagi dalam menangani anak berkebutuhan khusus (ABK) diperlukan keterampilan. ABK juga idealnya didampingi satu siswa dua guru. Namun sekarang satu guru harus mendampingi 3-5 ABK. Ini dinilai belum layak.
 
 
"Semestinya guru juga berijasah PLB. Dan kami sudah mengajukan 24 guru dan baru dipenuhi pokok-pokoknya saja," jelas Ngurah Adi.
 
Kebutuhan tenaga pendidik ini juga mendesak karena ABK harus mendapat pelayanan khusus sehingga menciptakan anak ABK/disabilitas yang mengalami perubahan perilaku dan berkualitas juga berprestasi. Mereka juga perlu dilatih berbagai keterampilan.
 
ABK yang saat ini sekolah di SLBN Negara diantaranya ada tuna grahita, tuna rungu, tuna netra, tuna daksa dan juga down sindrome. Selain tenaga pendidik juga banyak kekurangan lainnya.
 
"Kami juga membutuhkan alat bantu dengar untuk anak-anak dan juga peningkatan sarana perbaikan sekolah. Seperti di aula plaponnya jebol dan belum kami perbaiki," ujarnya.
 
 
Diakui perhatian terhadap sekolah SLB tidak hanya dari pemerintah namun masyarakat dan juga aktivis sosial kemanusiaan juga sangat dibutuhkan kepedulian terhadap anak-anak ABK di SLB. Apalagi banyak diantara anak yang dari keluarga kurang mampu.
 
Saat ini pihaknya juga mengalami kendala pengasuh anak yang mondok di asrama. Dimana pengasuh hanya satu orang dan harus menangani 25 anak. Serta satu tukang masak.
 
"Jadi kami masih butuh pengasuh sehingga anak-anak bisa diawasi dengan maksimal. Idealnya perlu ada 5 pengasuh, " jelas Ngurah Adi.(BB)