Dihelat Oktober Mendatang, 'Ubud Writers & Readers' Festival ke-16 Usung Tema 'Karma'

  05 Maret 2019 SOSIAL & BUDAYA Gianyar

ist for Baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Gianyar. Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) ke-16 akan diselenggarakan pada tanggal 23–27 Oktober mendatang di Ubud, Gianyar. Mulai dari penulis, seniman, pegiat, sutradara, cendekiawan dari seluruh dunia akan berkumpul di Ubud untuk berbagi cerita dan gagasan yang mengeksplorasi tema tahun ini, 'Karma'.
 
 
Seperti tema Festival di tahun-tahun sebelumnya, tema tahun ini terinspirasi dari filosofi Hindu. Namun, kali ini tema UWRF sudah dikenal secara luas. Bagi masyarakat dunia, karma sering diartikan sebagai hukum sebab akibat. Bagi orang Hindu Bali, Karma Phala adalah konsep spiritual yang menyatakan bahwa setiap tindakan akan memicu konsekuensi yang setara dalam kekuatan dan bentuk yang serupa. 
 
“Karma Phala nak cicih” begitulah orang Hindu Bali menggambarkannya. Cicih berarti pasti, tidak terhindarkan, dan cepat. Karena tindakan dalam kehidupan mereka sebelumnya mempengaruhi masa kini, dan perbuatan yang dilakukan dimasa kini akan mempengaruhi masa depan mereka. Orang Hindu Bali menyadari bahwa nasib ada di tangan mereka sendiri,” jelas Founder & Director UWRF Janet DeNeefe.
 
Festival yang akan dilangsungkan selama lima hari berturut-turut ini akan mengupas dampak dari tindakan pribadi dan kolektif manusia pada lingkungan sosial. Diskusi menarik yang dibawakan oleh sosok-sosok sastra, cendekiawan, hingga penulis emerging pun akan menyemarakkan Festival. Pengunjung Festival dapat belajar untuk benar-benar memahami konsekuensi dari tindakan mereka, dan bagaimana mereka dapat memberikan tanggapan dari tindakan orang lain dengan sebaik-baiknya.
 
 
Dari diskusi sastra yang berbobot dan pertunjukkan seni yang tidak boleh dilewatkan, para pengunjung Festival akan mempelajari hal yang pasti dari Festival tahun ini, yaitu keputusan dan konsekuensi.
 
Bersamaan dengan pengumuman tema 2019, UWRF juga meluncurkan karya seni untuk tahun ke-16, yang telah diciptakan oleh seniman visual komunitas Samuel Indratma, salah satu pendiri dari seni publik kolektif Yogyakarta yang ternama, Apotik Komik. 
 
Mengenai proses pembuatan karya seni bertemakan Karma ini, Samuel Indratma mengatakan, selain menerjemahkan semangat Ubud Writers & Readers Festival, saya juga mencoba menerjemahkan seperti apa karma itu sendiri. 
 
"Apakah manusia mengubah wajah mereka? Apakah manusia mengubah bentuk mereka? Inilah mengapa saya memilih simbol topeng. Saya membayangkan karma sebagai siklus manusia yang terus berputar, kemudian kembali lagi. Tema tahun lalu, Jagadhita: The World We Create, adalah pengingat bahwa keselarasan dengan orang lain harus menjadi salah satu tujuan utama kehidupan,” lanjut Janet DeNeefe.
 
 
Pada saat konsekuensi dari perubahan iklim tidak mungkin diabaikan, dan para pemimpin dunia terus menghindari tanggung jawab tersebut, kita akan bertanya-tanya seperti apa karma yang akan terjadi pada tahun 2019, dan mempertimbangkan hal-hal yang mungkin saja terjadi saat kita tidak dapat menemukan solusi untuk menghadapinya.
 
“Di tahun ke-16 ini, UWRF akan merayakan tema Karma bersama para penulis, seniman, dan pegiat dari seluruh Indonesia dan dunia yang sangat menyadari konsekuensi dari tindakan mereka. Melalui sudut pandang lintas-budaya pada prinsip Hindu Karma, kita akan mengeksplorasi bagaimana masing-masing dari kita membuat keputusan hari ini yang dapat membentuk masa depan kita bersama,” tutup Janet DeNeefe.(BB/Rls)