Diskusi YYDiaz Sinergi Center 'Hospitality Vs Sampah'

Perangi Sampah, Yusdiaz Keluhkan Pemerintah 'Persulit' Pengurusan Izin Pengelolaan Limbah

  02 Maret 2019 OPINI Denpasar

ilustrasi nett

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Masalah sampah hingga kini menjadi momok dan permasalahan serius yang harus segera diatasi bersama. Hal itulah yang mendorong Caleg Gerindra untuk DPRD Bali dapil Denpasar nomor urut 7 Yosep Yulius Diaz melalui YYDiaz Sinergi Center  menggelar diskusi terkait penanganan sampah bertajuk "Hospitality Vs Sampah" di Warung Tresni, Denpasar, Sabtu (2/3/2019).
 
 
Diskusi ini menghadirkan sejumlah pembicara seperti Anggota DPRD Bali Nyoman Tirtawan yang juga aktivis sampah, Wakil Ketua DPRD Kota Denpasar Made Mulyawan Arya alias De Gadjah. Hadir juga salah satu penggagas Gerakan Kedas Bersih Sampah Plastik (GEDASAMTIK) I Ketut Bagus Arjana Wira Putra, pelaku pariwisata yang juga budayawan dan pemerhati lingkungan Ngurah Paramartha dan sejumlah tokoh pemerhati lingkungan lainnya serta puluhan mahasiswa dan generasi milenial.
 
Dalam diskusinya, Yosep Yulius Diaz atau yang akrab disapa 'Yusdiaz' selaku penggagas diskusi ini mengatakan salah satu tantangan dan permasalahan besar pariwisata Bali adalah soal sampah. Baik sampah yang ada di destinasi pariwisata seperti di pantai, maupun sampah di sekitar sekitar jalur perlintasan wisatawan seperti di TPA Suwung yang seperti gunung sampah.
 
"Termasuk juga sampah/limbah yang dihasilkan pelaku pariwisata seperti hotel dan restoran yang belum dikelola secara maksimal. Belum lagi sampah yang dihasilkan di rumah tangga. Untuk menguraikan masalah sampah ini kita mulai dari rumah tangga dan juga industri perhotelan," harapnya.
 
 
Untuk itu, Yusdiaz meminta pemerintah memberikan kemudahan misalnya bagi pihak hotel dan restoran yang mengurus izin untuk pengelolaan sampah dan limbahnya.
 
Ket Foto: Caleg Partai Gerindra DPRD Bali Yosep Yulius Diaz atau Yusdiaz
 
"Hotel sudah coba ikuti regulasi kurangi sampah. Mau complyn tapi susah. Misalnya saya mau urus izin  pengelolaan limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) bukannya diberikan kemudahan tapi dipersulit. Kalau ada perusahaan mau ikuti pengolahan sampah harusnya diberikan kemudahan," pintanya.
 
Sementara, Wakil Ketua DPRD Kota Denpasar Made Mulyawan Arya alias De Gadjah menegaskan penanganan sampah di Indonesia khususnya juga Bali sebenarnya bukanlah persoalan adanya teknologi canggih atau tidak. Namun lebih kepada budaya dan gaya hidup masyarakat dalam menyikapi sampah.
 
Hal itu, kata De Gadjah lantaran belum terbiasa dan dibudayakan melakukan pemilihan sampah dari rumah tangga hingga melakukan pengurangan dan pengolahan sampah secara mandiri. Mirisnya, De Gadjah mengaku masih banyaknya ditemukan kebiasaan warga yang buang sampah sembarangan baik di tempat publik maupun di sungai yang bisa memicu banjir.
 
"Ini bukan soal teknologi tapi budaya kita dalam membuang dan mengelola sampah. Kalau masih ada budaya buang sampah sembarang secanggih apapun teknologi tetap kita bermasalah dengan sampah," tegas De Gadjah yang juga caleg petahana Gerindra untuk DPRD Kota Denpasar dapil Denpasar Barat 2 nomor urut 1.
 
 
 
Dalam kesempatan yang sama, Anggota DPRD Bali Nyoman Tirtawan yang juga aktivis sampah juga menegaskan kalau Bali ingin kaya dan nyaman bagi wisatawan dan warganya maka buatlah Bali bersih agar orang-orangnya sehat dan produktif. 
 
"Buat negara bersih lingkungan dan bersih birokrasi. Kalau Bali bersih jadi tempat studi banding," terang Anggota Komisi I DPRD Bali itu.
 
Ia juga menggagas dan terus memperjuangkan adanya kurikulum lingkungan hidup yang salah satunya ada edukasi penanganan sampah agar masuk dalam sistem kurikulum pendidikan mulai dari tingkat dari TK (Taman Kanak-kanak) hingga perguruan tinggi atau minimal hingga SMA/SMK.
 
"Jangan sampai sampah jadi masalah. Maka kami dorong Gubernur Bali terapkan kurikulum lingkungan hidup masuk di pendidikan TK minimal sampai SMA/SMK, agar jangan sampai penanganan sampah hanya jadi wacana," kata caleg petahana DPRD Bali dari Partai NasDem dapil Buleleng itu.
 
Salah satu penggagas Gerakan Kedas Bersih Sampah Plastik  (GEDASAMTIK) I Ketut Bagus Arjana Wira Putra juga menyayangkan sampah plastik masih banyak berserakan di tempat suci misalnya di kawasan Pura Besakih hingga di sejumlah tempat melasti. "Kami ajak ayo generasi muda ikut berpartisipasi perangi sampah," ajaknya.
 
Pelaku pariwisata yang juga budayawan dan pemerhati lingkungan Ngurah Paramartha meminta agar segenap komponen masyarakat di Bali kembali pada filosofi hidup masyarakat Bali yakni Tri Hita Karana. Dimana ada keseimbangan dan harmonisasi hubungan manusia dengan sang pencipta (Parahyangan), manusia dengan manusia (Pawongan) dan manusia dengan lingkungan (Palemahan).
 
"Tidak perlu teknologi canggih jika kita bisa memaknai dan mengimplementasikan filosofi Tri Hita Karana," jelas Ngurah Paramartha mengakhiri.(BB).