Perlu Edukasi Penghentian Kantong Plastik

Kantong Plastik Dilarang Berdampak Banyak Warga Beralih Tak Jadi Belanja 'Impulse Buying'

  21 Januari 2019 SOSIAL & BUDAYA Buleleng

ilustrasi nett

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Inilah yang ditakutkan oleh para pengusaha ritel di Bali yang juga merupakan salah satu bagian masyarakat Bali sendiri, masyarakat Kota Denpasar sendiri, bahkan bagian dari penyedia lapangan pekerjaan dan penyumbang pajak yang digunakan kembali oleh pemerintah untuk membangun masyarakat. 
 
 
Peraturan untuk menghentikan penyediaan kantong plastik belanja di gerai-gerai ritel baik lokal maupun nasional, berbuntut pada beralihnya konsumen dan tidak terjadinya pembelanjaan pada kategori barang-barang 'impulse buying' yang notabene selama ini menutupi margin super tipis pada barang-barang kategori fast moving item. 
 
'Impulse buying' adalah proses pembelian suatu barang, dimana si pembeli tidak mempunyai niatan untuk membeli sebelumnya yang kerap dikenal pembelian tanpa rencana atau pembelian seketika. 'Impulse buying' adalah kondisi yang memicu terjadinya 'unplanned purchase' atau pembelian yang tidak direncanakan. Perilaku pembelian secara emosional ini sangat mungkin terjadi, karena sebagian besar konsumen melakukan pembelian karena pengaruh perasaan. 
 
Hal ini dikemukakan oleh Direktur Bali Business Network, I Made Abdi Negara seusai mengadakan workshop bagi para pemilik usaha ritel lokal di Bali pada 18 - 19 Januari 2019 dengan modul "Human Resources Tools for Business Retail". Workshop yang diikuti oleh 22 pemilik usaha ritel lokal ini merupakan workshop dan seminar ritel ke 21 yang dilaksanakan sejak tahun 2016 secara konsisten.
 
 
"Pemerintah tegas dalam melakukan penindakan, tetapi dalam peran pemerintah sebagai fasilitator, mestinya pemerintah ikut melakukan edukasi kepada masyarakat baik dengan menempatkan langsung voulenteer di masing-masing gerai tersebut atau melalui media cetak, elektronik dan online misalnya," harapnya. 
 
Menurut Abdi, situasi yang dihadapi para pengusaha di lapangan cukup rumit. Mengingat tidak semua toko atau gerai ritel di Bali menerapkan aturan tersebut d di lapangan. 
 
Ket Foto: Direktur Bali Business Network, I Made Abdi Negara
 
"Bahkan ada konsumen sampai mengeluarkan kata-kata kasar kepada kasir karena menganggap tidak dilayani dengan baik, padahal sudah berbelanja banyak," ungkapnya. 
 
Padahal, pengusaha melalui kasir dan pramuniaga sudah berupaya mensiasati misalnya dengan memberikan alternatif kepada konsumen seperti dibungkus dengan kardus, atau solusi lain. Tetapi memang tampaknya, sehabis belanja harus bawa tentengan kantong plastik masih menjadi budaya yang melekat. 
 
"Sasaran edukasi yang belum disentuh oleh Pemerintah kebanyakan adalah konsumen dari kalangan middle low (menengah kebawah), ini harus dilakukan strategi yang lebih kuat dan jitu," tegasnya. 
 
 
Menurutnya, kalangan menengah kebawah ini yang harus memang lebih dijadikan fokus edukasi karena biasanya kesadaran dan karakter yang terbentuk bertahun-tahun sangat mengakar kuat. 
 
"Pengaduan dari pengusaha ritel, kebanyakan yang keras dalam melakukan feedback terhadap kebijakan ini adalah kalangan middle low," terangnya.
 
Untuk itu, Abdi menyarankan di masa depan agar pemerintah tidak hanya getol mengeluarkan kebijakan, tetapi juga tetap menyeimbangkan dengan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan pemerintah pasca kebijakan di keluarkan. 
 
"Kami bukan antipati dengan kebijakan ini, kami dukung. Tetapi jangan sampai maunya melindungi satu pihak, malah merugikan pihak lain. Kami juga sadar lingkungan, kami juga cinta lingkungan, tetapi harus juga disadari kami perlu penjualan, kami perlu pendapatan untuk membayar karyawan yang notabene bagian dari masyarakat, tolong selalu dipikirkan hal tersebut," sentilnya mengakhiri.(BB).