BMKG Sebut Inilah Penyebab Cuaca Bali Panas 'Cetar Membahana' Meski Musim Hujan

  11 Januari 2019 OPINI Badung

ilustrasi nett

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Badung. Meski musim hujan masih berlangsung di wilayah Bali, namun cuaca justru terasa gerah, bahkan panasnya 'cetar membahana'. Terkait hal itu, Prakirawan BMKG wilayah Bali yakni Putu Agus memaparkan beberapa penyebab meningkat suhu panas beberapa hari belakangan ini dibanding biasanya.
 
 
Menurutnya, berdasarkan pantauan dari beberapa lokasi pemantauan cuaca memang diakuinya ada peningkatan suhu udara maksimum dan minimum harian. Bahkan, peningkatan suhu udara maksimum terjadi antara 1 sampai 2 derajat dibandingkan sebelumnya dilihat dari 3 hari ke belakang.
 
Menurut Agus, penyebab kenaikan suhu panas ini yaitu pertama karena pada saat ini Desember hingga Januari matahari posisi matahari berada di lintang selatan katulistiwa. Hal ini menurutnya normal terjadi setiap tahun termasuk untuk wilayah Bali yang juga berada di selatan katulistiwa.
 
Penyebab kedua, lanjut Agus, selain posisi matahari hal ini juga karena di beberapa wilayah kondisi cuacanya saat ini cenderung pada siang hari cerah hingga berawan dibandingkan sebelumnya. Cuaca cerah berawan ini menyebabkan panas dari matahari secara langsung mengarah ke bumi tanpa awan penghambat dibandingkan saat mendung.
 
Penyebab ketiga karena siang hari cerah berawan, pada saat malam hari di Bali selatan cenderung mendung karena saat malam hari cenderung mendung bahkan hujan, hal inilah yang menghalangi panas yang harusnya terlepas ke udara malah tertahan.
 
 
Terkait musim hujan, Agus mengatakan kalau saat ini masih masuk dalam musim hujan. Namun hujannya terjadi dominan di dataran tinggi seperti di Kintamani, Bangli dan Bedugul. Jika dilihat dari pantauan pos pengamatan hujan di Sanglah maupun Ngurah Rai, di beberapa daerah memang hujan tetapi hujan intensitas rendah. 
 
"Hujan yang  banyak terjadi ada di dataran tinggi. Hal ini dominan dipengaruhi karena faktor topografi atau karena kuntur permukaan bumi. Dimana di dataran udara yang bergerak ke sana akan semakin tinggi," katanya.
 
"Ketika bergerak semakin tinggi udara basah terangkat semakin tinggi membuat uap air mengalami kondensasasi menyebabkan terbentuknya butir butir awan yang berubah menjadi hujan," imbuhnya.
 
Untuk itu, Agus mengimbau masyarakat harus waspada akan potensi hujan lebat dan bencana yang mengikuti. Untuk daerah yang banyak terdapat hujan dan yang tinggal di lereng, biasanya yang perlu diwaspadai adalah kejadian banjir dan genangan air, tanah longsor. 
 
 
"Termasuk bila ada awan badai dan petir. Kondisi ini juga berpotensi menyebabkan terjadinya angin kencang dan potensi puting beliung serta hujan lebat," ucapnya mengingatkan.
 
Dia juga mengungkapkan terkait gelombang laut cenderung normal. Dimana khusus untuk wilayah Selatan dapat mencapai 2 meter, namun agak ke tengah lebih aman.
 
"Suasana gerah memang terjadi belakangan ini dan sempat menjadi pertanyaan warga. Padahal saat ini adalah musim hujan," tutupnya.(BB).