Wirawan Mengadu Perkaranya ke DPRD Bali

Konflik Yayasan Dwijendra, Wirawan Tuding Chandra Lakukan Kejahatan 'Putarbalikkan Fakta'

  28 November 2018 OPINI Nasional

Baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Pasca konflik berkepanjangan dan semakin "memanas", akhirnya Ketua Yayasan Dwijendra yang baru, Dr. I Ketut Wirawan dan beberapa pembina Yayasan lainnya Rabu (28/11/2018) mengadu ke DPRD Bali. 
 
 
Mereka diterima Ketua Komisi IV DPRD Bali, Nyoman Parta di ruang Baleg DPRD Bali. Dalam pertemuan itu, Wirawan meminta Dewan membantu mencarikan solusi atas konflik internal Yayasan dengan Ketua Yayasan Dwijendra sebelumnya I Made Sumitra Chandra Jaya alias Chandra. 
 
"Pak Candra memutarkanbalikkan fakta. Saya dibilang mengunci gerbang agar mahasiswa tidak bisa masuk. Padahal dia yang melakukan itu. Ini bukan pelanggaran lagi, tapi sudah kejahatan," ucap Wirawan.
 
Wirawan bahkan mengaku kehilangan daya dan akal menghadapi pihak Chandra, apalagi dirinya tidak punya power apa-apa. "Saya berperkara ini pakai uang pribadi dan banyak keluar uang. Tapi Pak Chandra bayar preman Rp 200 ribu sehari dan berperkara juga pakai uang yayasan," keluh Wirawan yang dikenal mantan Rektor Universitas Dwijendra itu.
 
Ket Foto: Ketua Yayasan Dwijendra baru, Dr. I Ketut Wirawan
 
 
Wirawan mengaku pihaknya ingin mengembalikan Yayasan Dwijendra milik masyarakat bukan milik perseorangan apalagi milik satu keluarga Chandra. "Sekolah ini milik kita bersama. Para pihak yang berperkara jangan libatkan siswa, mahasiswa, guru, pegawai dan dosen, yang bermasalah adalah pembina dengan Pak Chandra," tegas Wirawan 
 
Terkait aduan aspirasi ini, Ketua Komisi IV DPRD Bali Nyoman Parta mengaku akan mengkomunikasikan masalah ini dengan mendengarkan pihak Chandra dan juga Rektor Universitas Dwijendra. Parta menegaskan posisinya dalam urusan perlindungan pada siswa dan mahasiswa agar bisa belajar dan guru-guru tidak memprovokasi siswa. 
 
 
Ket Foto: Ketua Komisi IV DPRD Bali, Nyoman Parta
 
"Urusan saya adalah bagaimana siswa dan mahasiswa bisa belajar kembali seperti semula. Saya tidak masuk pada persoalan pinjam meminjam uang yayasan," jelas Parta.
 
Ia juga tidak mau masuk pada urusan konflik yayasan, apalagi carut marut ini sudah seperti menegakkan benang basah, dan susah diurai.
 
"Permasalahan ini sudah lari kemana-mana. Kami tidak ingin siswa dan mahasiswa dikorbankan dengan konflik internal ini," tutup Parta.(BB).