Aliran Dana Bisa Capai Satu Miliar

'Judi Tajen' Menjamur di Bali, Ada yang Dekat Polresta Lho! Diduga, 'Dibackingi' Apa

  04 November 2018 PERISTIWA Denpasar

ilustrasi nett

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Bali identik dengan tradisi Sabung Ayam atau dikenal dengan istilah tajen.
 
 
Di Indonesia hanya kepulauan Bali yang mendapatkan izin dari pemerintahan untuk diperbolehkan melakukan sabung ayam karena berhubungan dengan acara adat sekaligus ritual keagamaan di Bali. 
 
Karena Sabung ayam sudah ada sejak jaman Majapahit. Konon sabung ayam lekat dengan tradisi tabuh rah yaitu salah satu upacara dalam masyarakat Hindu di Bali. Sabung ayam sudah melekat dan susah untuk ditinggalkan terutama untuk kaum lelaki. Pada tahun 1981 adanya larangan karena dikaitkan dengan judi. Acara sambung ayam kemudian dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh masyarakat Bali.
 
Yang sembunyi-sembunyi ini biasanya lekat dengan perjudian. Dan kini, kegiatan tajen yang diwarnai perjudian ini justeru dilakukan terang-terangan di beberapa tempat. Namun hingga saat ini belum ada tindakan tegas dari aparat penegak hukum.
 
Informasi yang berhasil dihimpun, beberapa titik lokasi di Denpasar kerap digunakan untuk sabung ayam (judi tajen) ada di 6 lokasi diantaranya di Jalan Mertajaya Denpasar, Pura Dalem Renon, Jalan Subak Dalem Gatot Subroto, Jalan Subali Padang Sumbu, Kesiman dan Banjar Teges Jalan Gunung Tangkuban Perahu. Sementara itu di wilayah Badung ada empat lokasi antaralain di Dawas Canggu, Mengwi, Abiansemal dan Buduk.
 
 
Kabarnya salah satu lokasi yaitu di daerah Mertajaya disebut sebagai arena tempat judi tajen terbesar di Bali. Diduga, banyak para pendatang dari luar Bali yang turut serta bermain judi di arena tersebut.
 
"Ya kalau tempat itu 3000 orang masuk. Tiketnya masuk Rp 30 ribu. Masuk saja. Belum ke arena tajennya Rp 30 ribu. Minimal bawa Rp 60 ribu kesana. Dari karcisnya saja bisa capai Rp 180 juta," kata sumber yang enggan disebut namanya ini, Minggu (4/11).
 
Aliran uang di arena ini bisa mencapai miliaran dan paling sedikit Rp200 juta. Lantaran para pemain tidak hanya mencakup di kalangan bawah, namun juga di kalangan elite. "Banyak bos-bos dari luar daerah. Kalau uang ya bisa capai Rp 1 miliar karena taruhan saja sampai ratusan juta," ujarnya.
 
Sementara itu di lokasi lain di Jalan Gunung Tangkuban Perahu disebutkan bahwa setiap malamnya mencapai 600 orang yang turut mengadu nasib. Kabarnya, mereka bermain antara pukul 10.00 sampai 14.00 wita,  lanjut pukul 15.00 sampai 18.00 wita, dan malam sekitar pukul 21.00 sampai 04.00 wita pagi. 
 
Lokasi yang dekat dengan Kepolisian Mapolresta Denpasar ini, tentu menuai tanya? Mengapa  seolah-olah aparat tutup mata akan adanya aktivitas tersebut.
 
"Lokasinya ini kan dekat Polresta. Malam hari itu ramai banget. Sampai mengganggu pengguna jalan karena diselenggarakan di pinggir jalan. Nah ini kok seolah-olah tutup mata. Jelas mengganggu," keluhnya. 
 
 
Sementara di kawasan kabupaten Badung sumber menyebutkan memang tidak sebesar di Denpasar yang omsetnya bisa ratusan juta. Disana hanya berkisar dibawah Rp 10 jutaan. Selaku masyarakat pihaknya kian mempertanyakan kinerja aparat. Sebab sekelas preman saja bisa diberantas, apalagi hanya judi tajen.
 
Selain murni judi tajen, judi-judi lain pun kerap digelar diantaranya bola adil, kocokan dan spirit. Yang kisaran taruhannya sekitar Rp 50 ribuan per pemain. Bahkan untuk spirit Rp 5000 bisa menghasilkan puluhan juta. Namun biasanya dimana ada judi tajen, disitu pasti ada judi spirit yang memakai kartu domino.
 
"Yang jelas ada yang membackkingi. Aparat jangan tebang pilih. Kalau dibuka ya buka semua. Kalau ditutup, tutup semua," imbuhnya.
 
90 persen yang datang ke acara tersebut sudah tentu bermain. Sepuluh persennya cari kerja, seperti berdagang, calo pencari lawan alias tukang stir, lanjutnya. 
 
Sementara itu, hingga berita ini diturunkan Kapolresta Denpasar Bali AKBP Ruddy Setiawan maupun Kapolres Badung AKBP Yudith Satriya Hananta yang dikonfirmasi belum memberikan respon.(BB)