Ajaib! Ada Batu Hidup di Pura Penataran Dalem Ped Nusa Sari, Melaya

  17 Oktober 2018 PERISTIWA Jembrana

Baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Jembrana. Jika dilihat sepintas lalu, tidak ada hal yang aneh dan ganjil di Pura Penataran Nusa Sari yang berlokasi di Banjar Anyarsari Kauh, Desa Nusa Sari, Kecamatan Melaya, Jembrana, terkecuali keasannya religius karena merupakan tempat sembahyang umat Hindu setempat.
 
 
Namun jika dilihat lebih seksama, terutama di dalam pura (Madya Utama), terdapat tiga batu besar yang letaknya berdiri berjejer dengan ukuran yang berbeda. Satu batu yang bentuknya memanjang dan menyerupai patung berdiri paling sisi kiri.
 
Sementara di tengah juga bentuknya memanjang menyerupai patung Ganesa, namun ukurannya lebih pendek dari batu sisi kiri. Sedangkan satu batu lagi yang bentuknya agak bulat terletak di sisi kanan. Dua batu tersebut dibalut kain loreng yang sudah lusuh, sedangkan yang ditengah tanpa balutan kain.
 
Sekilas memang tidak ada yang aneh dengan ketiga batu tersebut, sama seperti batu-batu lainnya yang berbentuk sesuatu melalui proses alam yang cukup lama. Namun sejatinya ke tiga batu tersebut merupakan batu angker dan bertuah. Bahkan batu-batu tersebut diyakini warga sekitar merupakan batu bernyawa alias batu hidup.
 
 
Menurut penuturan I Wayan Patrianto, salah seorang Pemangku Pura Ped Nusa Sari, Melaya, ketiga batu tersebut ditemukan tahun 2014 dan dirinyalah yang menemukan pertama kalinnya terdampar di pinggir pantai setempat. Saat ditemukan ketiga batu tersebut berbentuk tanduk kerbau dengan ukuran yang sama yakni, dua kepal tangan orang dewasa.
 
 
“Awalnya saya kira batu biasa, makanya batu tersebut tiga-tiganya saya buang ke laut agar tidak membahayakan jika ada yang bermain di tepi pantai,” ujar Mangku Patrianto, Rabu (17/10/2018).
 
Anehnya, setelah ketiga batu tersebut dilempar ketengah laut, keesokan harinya terdampar kembali di pinggir pantai dan ditemukan oleh I Wayan Murtana, kelian subak setempat. Oleh Murtana, ketiga batu itupun dilempar kembali. Namun dilempar kearah darat, tepatnya kea rah Pura Ped.
 
Anehnya, ketiga batu tersebut jatuh di dalam areal Pura Ped dengan kondisi berdiri. Beberapa hari kemudian, ada warga setempat yang merebahkan batu tersebut. Namun keesokan harinya ketiga batu tersebut justru berdiri lagi.
 
 
“Awalnya banyak warga Nusa Sari yang cuek dengan keberadaan tiga batu ukuran kecil tersebut. Bahkan ada yang mencemooh, mengatakan batu itu batu biasa tidak ada gunanya berada di areal Pura,” tutur Mangku Patrianto.
 
Namun semenjak itu lanjutnya, banyak warga setempat yang mengalami kejadian aneh dan mistis malam hari atau tengah malam. Jika ada warga yang mengalami kejadian mistis, besok harinya langsung sakit, badannya panas menggigil.
 
“Yang sakit sudah diajak berobat namun tidak ada perubahan. Justru mereka dapat pawisik (petunjuk gaib) agar mereka ngaturan guru piduka (meminta maaf) di batu tersebut. Saran atau pawisik tersebut diikuti dan ternyata sembuh,” imbuh Mangku.
 
Sejak itulah, warga meyakini ketiga batu tersebut merupakan batu ajaib dan bertuah dan warga tidak lagi ada yang berani mencemooh ketiga batu tersebut. Bahkan warga sekitar pada hari-hari tertentu, misalnya Purnama dan Tilem kerap menghaturkan sesajen di atas batu-batu tersebut untuk memohon keselamatan.
 
 
 
Anehnya lagi, setelah enam bulan, ketiga batu yang awalnya ditemukan sebesar dua kepal tangan orang dewasa, justru bertambah besar seperti batu bernyawa. Sempat dilakukan pengukuran oleh Pemangku dengan disaksikan warga, ternyata selama enam bulan ketiga batu tersebut bertambah tinggi 10 cm. Sejak saat itu oleh warga dan pengempon pura ketiga batu tersebut disakralkan.
 
“Intinya ketiga batu tersebut terus bertambah tinggi. Coba saja ukur secara berkala, pasti ketahuan pertumbuhannya dan saat ini tinggi batu tersebut mencapai 70 cm dengan lebar 40 cm. Ini yang dimaksud batu paling sisi kiri, sedangkan yang lain lebih pendek,” pungkasnya.
 
Lantaran diyakini sakral, di lokasi ketiga batu berdiri tersebut segera akan dibangun pelinggih atau Padma. Untuk mewujudkannya, pihak pengempon Pura dibantu oleh anggota Komisi III DPRD Bali I Nengah Tamba dan anggota Komisi X DPR-RI Putu Padma Rudana. Kedua politisi Demokrat inipun beberapa hari lalu sempat mengecek ke lokasi.(BB)