Petitenget Festival Hari Terakhir

Pukau Warga dan Wisatawan, 2000 Penari Tenun Pecahkan Rekor MURI

  16 September 2018 HIBURAN Badung

Baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Badung. Petitenget Festival (Kerobokan Arts & Spirit 2018) hari terakhir pada Minggu sore (16/9/2018) seakan mampu menyita perhatian ribuan pengunjung dan wisatawan yang hadir dengan penampilan dua ribu penari cantik yang menarikan Tari Tenun secara massal di Pantai Petitenget, Kerobokan, Badung. 
 
 
Tarian yang ditarikan masal di sore hari ditemani sunset dan deburan ombak pantai serta hamparan pantai berpasir putih, penampilan dua ribu penari Tenun ini sungguh menjadi pemandangan yang indah dan menawan.
 
Dan tak kalah istimewa, tampak diikuti penari pertama Tari Tenun yakni Jero Ketut yang bernostalgia menari di tengah-tengah ribuan penari. Tidak hanya itu, sejumlah penari asal Jepang juga ikut menarikan Tari Tenun sehingga menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi warga Kerobokan daalam Petitenget Festival ini.
 
 
Sebelum menari, awalnya dua ribu penari ini tampil rapi, kompak dan cantik. Mengenakan kebaya warna putih dan kamben songket merah para penari tampak menawan  ditambah dengan lelunakan berwarna kuning yang menghiasi kepala penari semakin memperindah gerak tarik para penari ini.
 
 
Ribuan penari ini berjejer rapi memenuhi areal pantai dan untuk memberikan ruang gerak bagi dua ribu penari ini dibutuhkan areal pantai hingga 1,5 hektar. Masing-masing penari rata-rata membutuhkan ruang gerak seluas 1,5 meter. Maka tidak heran para penari ini tampak memenuhi areal Pantai Petitenget di sekitar areal festival.
 
 
"Tari Tenun ini juga menjadi salah satu ikon Petitenget Festival selain ada Butho Ijo. Kami juga apresiasi antusias pengunjung dan wisatawan yang membludak salah satunya untuk menyaksikan Tari Tenun ini," kata Ketua Panitia Petitenget Festival, AA Bayu Joni Saputra .
 
Untuk diketahui, Tari Tenun merupakan tari kreasi khas Bali yang diciptakan oleh seniman asal Banjar Campuhan, Kerobokan yakni Nyoman Ridet pada tahun 1957. Tari Tenun ini menggambarkan kegiatan wanita desa yang sedang membuat kain tenun dengan alat-alat yang sangat sederhana. 
 
 
Menenun merupakan proses pembuatan kain dari persilangan dua set benang dengan cara memasuk-masukkan benang secara melintang pada benang-benang lain. Gerakan tarian ini dimulai sejak para penenun mulai memintal benang, mengatur benang pada alat tenun, dan diakhiri dengan menenun. 
 
 
Sementara secara keseluruhan gerak tari ini merupakan perpaduan antara unsur-unsur tarian klasik yang ditambahkan dengan gerak-gerak imitatif atau hasil kreativitas penciptanya. Saat ditarikan secara berkelompok, tari menekankan pada kekompakkan gerak sehingga keindahannya semakin terlihat indah.
 
Selain gerakannya yang unik, busana yang dikenakan leh para penari tenun juga indah. Biasanya identik dengan warna-warna cerah, seperti kuning, hijau, dan merah. Hiasan kepala yang khas (lelunakan) juga menambah keindahan untuk ditonton.(BB).