Gede Ngurah Wididana:Tingkatkan Pariwisata Makepung di Jembrana

  16 September 2018 OPINI Denpasar

baliberkarya/dok

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Makepung merupakan salah satu warisan budaya berlomba lari kerbau dengan menarik joki di atas gerobak beroda. Lomba lari meggunakan sapi ada di Buleleng yang disebut sampi gembeng, dan di Madura disebut karapan sapi. Makepung di Jembrana dilestarikan secara turun temurun oleh masyarakat petani dan peternak kerbau.  
 
 
Kerbau yang juga dipelihara untuk dipakai membajak sawah, di saat musim palawija, sehingga pada bulan Juli sampai September tenaganya tidak dipakai. Kreativitas petani sawah muncul untuk bersenang senang dengan melombakan kebonya berlari adu cepat dengan joki yang berdiri di atas gerobak beroda.  
 
Kreativitas adu lari maraton memakai kerbau ini disebut Makepung. Walau penggunaan traktor untuk membajak sawah muluas, karena lebih efisien daripada menggunakan kerbau, tetapi masyarakat Petani tetap suka memelihara kerbau untuk Makepung. Walau biaya memelihara kerbau yang cukup mahal, tetapi pencinta Makepung masih tinggi dan banyak dari mereka memelihara kerbau untuk tujuan Makepung.  
 
 
 
Ibarat orang yang mencintai motor Harley Davidson, atau mobil balap mewah, demikianlah pecinta Makepung sama bangganya, jika mereka memiliki kerbau juara Makepung, yang harganya sampai 150 juta rupiah per ekor, atau sepasangnya 300 juta rupiah.  
 
Kreativitas mekepung ini sangat menarik bagi wisatawan asing, karena hanya ada satu di dunia, dan itu ada di Jembrana.
 
Gede Ngurah Wididana menegaskan pentingnya pemerintah daerah memberikan bantuan, fasilitas dan insentif kepada masyarakat peternak yang memelihara kerbau untuk Makepung. Pemerintah Daerah juga bisa membantu membuatkan arena balap yang layak jual bagi pariwisata. 
 
 
"Karena Makepung adalah satu satunya warisan budaya Bali pastilah wisatawan mau datang dari jauh untuk menikmati atraksi Makepung. Bila perlu, gerobak Makepung dimodifikasi agar bisa ditumpangi oleh dua orang, sehingga wisatawan dan jokinya bisa menikmati sensasi ngeri ngeri sedap berdiri di atas gerobak yang ditarik oleh kerbau berlari," ujar Gede Ngurah Wididana.  
 
Kalau atraksi di jaman modern seperti naik jetski di laut sangat banyak dinikmati wisatawan. Demikian juga atraksi naik gajah, naik kuda, naik dokar yang disukai wisatawan, maka atraksi naik kerbau Makepung juga akan sangat diminati. Semuanya itu tergantung kreativitas penjual paket wisata. 
 
"Pemerintah Daerah hendaknya jangan diam menunggu kapan Makepung menjadi minat utama wisatawan. Semuanya itu tergantung dari kreativitas menjual produk Makepung," tegas Gede Ngurah Wididana.(BB)