Kebebasan Jangan Sampai Kebablasan

Begini Makna Kemerdekaan Bagi 'Gek In' Cucu Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai

  19 Agustus 2018 TOKOH Denpasar

Baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Sudah 73 tahun Indonesia merdeka, namun masih ada pihak-pihak yang masih belum menikmatinya, bahkan ada pula yang masih merasa diintimidasi. 
 
 
"Menurut saya kemerdekaan itu tidak hanya untuk diteriakkan, tetapi juga harus bisa dirasakan baik secara ekonomi maupun kebebasan untuk memilih jalan hidup, itu baru namanya merdeka," kata cucu sang pahlawan nasional I Gusti Ngurah Rai, IGAA Inda Trimafo Yudha yang akrab disapa Gek In saat ditanya awak media Baliberkarya.com tentang makna Kemerdekaan setelah 73 tahun Indonesia merdeka.
 
Menurut Gek In, kalau hanya diteriakkan saja rasanya belum merdeka. Baginya, semua spirit perjuangan dari pahlawan proklamasi maupun pahlawan kemerdekaan harus bisa hidup di dalam generasi muda saat ini.
 
"Saya mengartikan bahwa semoga semua spirit perjuangan dari pahlawan proklamasi maupun pahlawan kemerdekaan harus bisa hidup di dalam generasi muda kita," ungkap bacaleg PDIP nomor 3 Dapil Petang ini. 
 
Ditanya apa Bali telah merasakan secara riil kemerdekaan itu, putri mantan Ketua DPD Golkar Bali yang juga pernah duduk di DPR RI IGN Alit Yudha ini mengakui kalau secara diplomasi memang sudah merdeka, dalam artian masih menjadi satu kesatuan NKRI. 
 
 
Tapi harus diakui, lanjut Ketua PUTRI Bali itu mungkin beberapa individu ada yang masih belum merasakan atau dikaruniai kebebasan untuk memilih baik gaya hidup mereka atau memilih karir atau kesejahteraan yang mereka inginkan. 
 
"Tapi secara hukum jelas kita sudah merdeka, kita bisa merasakan keamanan dengan fasilitas-fasilitas yang ada di Bali. Sekarang tergantung bagaimana kita melihat kemerdekaan, demokrasi kita," ungkapnya.
 
Cucu Pahlawan I Gusti Ngurah Rai, IGAA Inda Trimafo Yudha
 
Terkait masih terjadinya penekanan seperti bentuk intimidasi yang dianggap tidak memerdekakan, pengusaha dan pelaku bisnis pariwisata asal Carangsari, Petang Badung ini menekankan jangan sampai kemerdekaan itu diartikan sebagai kebebasan absolut, tanpa batas. 
 
"Kita juga tak mau kemerdekaan yang kebablasan atau yang tidak mempunyai kepemimpinan. Jadi tergantung juga dari perspektif orang melihat, apakah menghargai suatu peraturan itu dianggap tidak merdeka, itu salah atau sampai mana batas kemerdekaan yang mereka minta," tegasnya. 
 
Lebih lanjut Gek In menerangkan jika kalau misalnya ada intimidasi dalam demokrasi, itu tergantung pribadinya, apakah mau mengintimidasi karena kekuasaan. Ini juga harus disadari bahwa kekuasaan yang mereka miliki itu tidak mutlak dan tidak selamanya. 
 
"Apabila suatu ketika mereka bermain dengan kekuasaan, maka kekuasaan itu juga yang akan mempermainkan mereka," sentil pemilik pabrik coklat "POD", wisata gajah itu mengingatkan.
 
Seperti diketahui, reputasi besar dalam berbisnis bahkan mengurus organisasi tak serta merta membuat IGAA Inda Trimafo Yudha atau yang akrab disapa 'Gek In' harus tampil di level yang tinggi. Cucu pahlawan nasional I Gusti Ngurah Rai ini justru banting setir memulai dari bawah berjuang untuk membantu warga lewat jalur politik.
  
"Saya justru kini ingin membangun dari desa, biar desa cepat berkembang dan warganya sejahtera," ucap 'Gek In' yang juga dikenal sebagai aktivis dan pengurus sejumlah organisasi yang pindah partai dari Golkar kini maju bacaleg PDIP dari Dapil Petang ini.
 
Gek In yang sempat memimpin HIPMI Bali, Presiden JCI Bali, dan sejumlah organisasi lainnya termasuk kini sebagai Ketua PUTRI Bali, memiliki peluang maju ke tingkat I. Namun, 'Gek In' justru ingin berbuat lebih di desa kelahirannya. Membantu warga dikampung halamannya ini bukan hal baru baginya. 
 
Hal itu bisa dilihat dari sejumlah bisnis yang dibangunnya banyak tersebar di desa-desa seperti pabrik coklat "POD", wisata gajah serta usaha lainnya. "Saya sangat tertarik dengan desa dan ingin agar desa berkembang dan tetap lestari," ungkapnya.
 
 
Alasan memilih jalur politik, 'Gek In' mengaku selain karena faktor keluarga yang memang sejak dulu banyak terjun ke politik, ia melihat jalur ini sangat strategis dalam mempercepat pembangunan desa. Dengan 'ngayah' di legislatif nantinya bisa lebih banyak berperan dalam melahirkan kebijakan yang pro rakyat di pedesaan. 
 
Dan jalan menuju ke arah itu terbuka lebar setelah adanya komunikasi dirinya dengan Giri Prasta selaku pimpinan PDIP di Badung serta restu dari Ketua DPD PDIP Bali Wayan Koster. 'Gek In' mengakui perpindahannya dari Partai Golkar ke PDIP sangat didukung keluarga. Ia mengatakan secepatnya akan menghubungi petinggi Golkar untuk menyampaikan sikapnya terkait kepindahan kendaraan politiknya.
  
"Pak Bupati Giri Prasta selaku Ketua DPC PDIP Badung membukakan jalan bagi saya bergabung. Saya juga pecinta kerja Jokowi. Di situ saya melihat PDIP secara ideologi sama dengan kekinian," ungkap ibu satu putra yang dekat dengan wartawan ini. 
 
"Ayah saya sangat demokratis dan adil. Partai apapun itu toh tujuannya satu, untuk NKRI," pungkas Gek In.(BB).