Gong Kebyar Anak PKB Ke-40

Fragmentari “Nyanggem Sadhu” Duta Denpasar Menginspirasi

  06 Juli 2018 SOSIAL & BUDAYA Denpasar

humas Denpasar

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Panggung megah Ardha Candra Art Centre Denpasar pada Kamis malam (5/7) dalam rangkaian PKB Ke-40 menampilkan dua sekaa gong anak-anak. Sekaa Gong Anak-Anak Gurnita Raray Swara, Desa Sumerta Kelod, Kecamatan Denpasar Timur sebagai Duta Kota Denpasar berhadapan dengan Sekaa Gong Anak-Anak Gentorang, Desa Pesinggahan Kabupaten Kelungkung. Kedua duta ini sudah bersiap di belakang panggung dengan penuh sesak penonton di depan panggung pertunjukan. 
 
 
Penampilan kedua duta ini juga mendapat dukungan dari masing-masing kepala daerah. Walikota Denpasar I.B Rai Dharmawijaya Mantra bersama Wakil Walikota I GN Jaya Negara tampak hadir memberikan dukungan, serta juga dari pimpinan daerah Kabupaten Kelungkung. Duta Gong Kebyar Anak Denpasar yang tampil berbalutkan kain kombinasi putih dan merah Berada disisi utara panggung. Sementara Duta Kabupaten Kelungkung berada disisi selatan panggung dengan balutan kombinasi pakaian warna merah.
 
Dari empat materi yang dibawakan masing-masing duta sekaa gong anak-anak ini sangat memberikan inspirasi dari kepiawaian mereka menguasai materi tetabuhan dan tarian. Penampilan pamungkas Duta Kota Denpasar lewat Fragmentari Anak yang berjudul “Nyanggem Sadhu” mengangkat cerita Tantri yakni Angsa dan Kura-kura yang mampu menginspirasi para penonton. Pementasan Duta Kabupaten Kelungkung menampilkan legong kuntul, dengan penampilan pamungkas Fragmentri anak-anak berjudul “Panes Dalem’’ yang mengisahkan cerita Tantri I Kedis Sangsiah dan I Bojog.
 
 
Menurut koordinator Sekaa Gong Anak Duta Denpasar, I Wayan Murda bahwa Fragmentari “Nyanggem Sadhu” dengan penata tari I Made Sukarda mengisahkan tentang sepasang kura-kura mengkhawatirkan keadaan musim panas berkepanjangan dan meminta bantuan kepada sahabatnya yakni Angsa untuk dapat meninggalkan taman mencari tempat yang nyaman. Si Angsa yang bersiap membantu Kura-kura namun dengan syarat harus menggigit sebatang kayu dan jangan mendengarkan ejekan binatang lainnya dibawah. 
 
 
Namun kesepakatan itu dilanggar oleh Kura-kura karena diejek oleh kelompok anjing yang mengatakan bahwa ada angsa yang menerbangkan kotoran sapi. Hal ini membuat sepasang Kura-kura marah dan melepaskan gigitan sebatang kayu lalu terjatuh dan dimangsa anjing. 
 
 
“Ini mencoba memberikan inspirasi bagaimana sebuah emosi sesaat yang justru akan mencelakakan diri sendiri,” ujarnya.
 
 
Lebih lanjut menurut I Wayan Murda penampilan materi Sekaa Gong Anak Denpasar diawali dari Tabuh Pepanggulan ‘’Kumara Jaya’’ dengan Komposer I Made Yudastra. Tabuh ini terinspirasi dari dari dunia anak-anak sebuah masa-masa yang sangat menyenangkan penuh dengan rasa. Hal ini patut digali yang menjadikan individu-individu bertalenta dan mempunyai karakter dengan menumbuhkan taksu atau api spirit penciptaan yang kreatif. Disamping itu dua tarian juga dibawakan yakni Tari Legong Keraton Lasem dan Tari Rerejangan Rejang Pratita. (BB)