Saksikan Pertunjukkan Topeng Jepang, Gubernur Harap Hubungan Diplomatik Semakin Erat dengan Indonesi

  19 Mei 2018 OPINI Gianyar

Humas Pemrov Bali

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Gianyar. Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengapresiasi pertunjukkan kesenian Topeng Tradisional Jepang "Hayachine Take Kagura" dalam rangka peringatan tahun ke 60 hubungan diplomatik antara Indonesia dengan jepang.  
 
 
Pertunjukkan yang digelar di Rumah Topeng dan Wayang Setia Dharma Jalan Tegal Bingin,  Banjar Tengkulak Tengah,  Mas, Ubud,  Gianyar,  Sabtu (19/5),  menurut Gubernur Pastika memiliki makna yang sangat penting untuk mempererat dan memperteguh hubungan diplomatik kedua negara melalui kesenian.
 
 
Lebih jauh,  Gubernur Pastika secara pribadi mengaku sangat tertarik dengan seni topeng,  mengingat kehidupan setiap orang dalam keseharian selalu berganti peran yang dianalogikan sebagai topeng.  
 
"Setiap hari kita berganti peran yang bisa diartikan sebagai topeng, mulai dari kita tidur melakoni peran suami istri,  esok kita bangun melakoni peran bapak,  setelah ditempat kerja misalnya saya melakoni peran jadi Gubernur.  Topeng menjadi keseharian setiap orang,  perempuan memakai bedak pun sebuah topeng.  Mari kita lihat Topeng Tua,  kebanyakan penarinya masih muda tetapi gerakannya sangat tua mengikuti topeng yang dikenakan,  itulah makna filosofi seni topeng sangat jauh melebihi jangkauan pikiran kita," pungkas Pastika yang didampingi Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali Dewa Gede Mahendra Putra SH., MH.  
 
 
 
Hal senada disampaikan Konsulat Jendral Jepang,  Mr. Shiba,  bahwa penyelenggaraan pertunjukkan seperti ini merupakam kali kedua setelah sebelumnya sempat digelar pada bulan September 2015 lalu di ISI Denpasar, guna peringatan hubungan diplomatik dan sangat sukses menarik antusias penonton setelah berkolaborasi dengan tarian barong.  
 
Ia pun menjelaskan filosofi tarian dan musik tradisional yg biasanya dipertunjukan ditempat pemujaan tersebut sebagai bentuk doa kehadapan Tuhan. Tarian tersebut menurutnya telah dilestarikan dinegaranya sejak tahun 1976,  dan terdaftar sebagai warisan tak benda UNESCO pada tahun 2009.  
 
Sementara itu,  Prof. Dibia yang turut diundang pada pertunjukkan itu menyatakan acara tersebut sebagai sebuah perayaaan jembatan budaya yang telah dibangun sekian lama antara Bali dengan Jepang. 
 
 
 
Ia pun mengamini pertunjukkan tersebut merupakan kolaborasi kesekian kalinya,  dan selalu mendapat apresiasi.  
 
"Bali dan Jepang memiliki kesamaan budaya terutama pada seni topeng,  sehingga ada benang merah yang gampang dihubungkankan. Inilah yang membuat pementasan selalu menarik,"  ujar Prof.  Dibia seraya berharap pertunjukkan tersebut dapat memperkaya pemahaman seniman Bali terhadap seni topeng Jepang,  dan memberi inspirasi kepada seniman kreatif untuk menghasilkan karya baru. (BB)