Ditanya Soal 'Orange Economy' Koster Tak Paham Malah Jawab 'Kangin Kauh'

  28 April 2018 POLITIK Badung

baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Badung. Debat publik Pemilihan Gubernur (Pilgub) Bali menjadi ajang para kandidat menunjukkan ketajaman pemahaman dan analisis serta pemetaaan solusi atas permasalahan Bali. Sayangnya, dalam debat yang berlangsung di Nusa Dua, Sabtu malam (28/4/2018), Calon Gubernur nomor urut satu 1, Wayan Koster tidak mampu menunjukkan kapasitas penuh sebagai calon pemimpin maupun sebagai akademisi bergelar doktor.
 
 
Pada sesi tanya jawab antar kandidat, Koster justru terlihat tidak mampu menjawab dengan lugas dan cerdas pertanyaan Calon Gubernur Bali nomor urut dua Ida Bagus Rai Dharma Wijaya Mantra yang hanya tamatan S-2. 
 
Padahal, Rai Mantra hanya menanyakan bagaimana pandangan Koster mengenai 'orange economy'. "Bagaimanakah pandangan saudara kami dari paslon satu (Koster-Ace) tentang orange economy,' tanya Rai Mantra kepada Koster.
 
Awalnya Koster sempat tampak gugup dan ragu menjawab pertanyaan Rai Mantra, Namun berikutnya Koster menyampaikan bahwa pembangunan di Bali harus memperhatikan masalah lingkungan dan berkelanjutan. Karena itu, imbuhnya, pembangunan perekonomian di Bali tidak bisa dilakukan secara bebas dengan eksploitasi alam. 
 
Menurut Koster, pertanian di Bali bisa dijadikan sektor andalan untuk memperkuat ekonomi Bali sebagai salah satu pilar disamping kebudayaan dan pariwisata.
 
 
 
"Oleh karena itu ke depan harus betul-betul pembangunan ekonomi Bali lebih difokuskan pada perekonomian berbasis pertanian, pariwisata dan budaya," jawab Koster.
 
Sementara itu, dalam buku "Denpasar Smart Heritage City, Paradigma Holistik dan Strategi Aplikasinya", akademisi Unud I Gusti Wayan Murjanayasa menulis artikel mengenai "Smart Economy Menuju Denpasar Smart Heritage City" memberikan penjelasan mengenai smart city yang tidak ada seperti yang disampaikan Koster. 
 
Dalam artikel tersebut disebutkan bahwa orange economy merupakan ekonomi kreatif. Strategic focus sangat diperlukan dalam pengembangan orange economy yakni harus berani menetapkan fokus pengembangan industri kreatif. Maka sangat diperlukan kajian mengenai peran ekonomi kreatif dalam perekonomian yang menjadi landasan penting dalam penyusunan roadmap industri kreatif (orange economy). 
 
Disebutkan pula berbagai sektor industri kreatif (orange economy) yang kini telah dikenal dan berpotensi berkembang di masa depan seperti game online, fesyen, kerajinan, kuliner, desain komunikasi visual, seni pertunjukan, dan lainnya. Pengembangan industri ini memerlukan dukungan pembiayaan, fasilitas, dan regulasi termasuk pemasaran dan branding.
 
Sementara jawaban Koster soal 'orange economy' hampir seluruhnya tidak terkait dengan konsep orange economy yang sesungguhnya. Bahkan jawaban Koster yang lulusan S-3 UNJ (Universitas Negeri Jakarta) itu terkesan 'Kangin Kauh'. Disini terlihat, tampaknya Koster tidak paham betul bagaimana orange economy atau industri kreatif harus dikembangkan di Bali.(BB).