Heboh Video Koster Soal Reklamasi

Sebut Demo BTR "Adah Bedag", Pasubayan Desa Adat: Koster Akan Dapat Sanksi Sosial di Bali

  24 April 2018 OPINI Denpasar

Anggara Mahendra

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Selain viral dan menjadi trending topik, video rekaman pernyataan calon Gubernur Bali I Wayan Koster soal Reklamasi Teluk Benoa juga jadi perbincangan serius di antara Pasubayan Desa Adat/Desa Pakraman Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa. 
 
 
Bendesa Adat Kuta Wayan Suarsa memandang pernyataan Koster itu bukan sekedar menyakiti hati rakyat Bali secara politik, tetapi perjuangan rakyat Bali yang menolak reklamasi Teluk Benoa. 
 
"Bila Pak Koster membawa persoalan reklamasi Teluk Benoa secara politik dan kemudian menganggap remeh persoalan itu maka saya yakin bahwa simpati terhadap Pak Koster akan hilang," tegasnya.
 
Ia mengaku, rekaman pernyataan Cagub Bali itu tersebar ke seluruh anggota Pasubayan Desa Adat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa. Para anggota Pasubayan Desa Adat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa sudah mempelajari secara saksama rekaman itu. 
 
 
"Mereka kini berdiskusi dan semuanya meyakini jika Koster akan mendapatkan sanksi sosial di Bali karena melecehkan perjuangan rakyat Bali yang ingin mempertahankan keutuhan alamnya, keutuhan budayanya," ungkapnya.
 
 
Lebih lanjut Suarsa menjelaskan bahwa Koster dianggap telah menerobos budaya Bali, kesucian wilayah yang ada di Teluk Benoa. Untuk itu, Ia meminta agar perjuangan rakyat Bali soal Reklamasi Teluk Benoa harus dihargai. 
 
Sebagai seorang politisi senior, Koster menganggap jika dirinya mampu menyelesaikan segalanya secara super power. Dan itu hanya bisa terjadi kalau dirinya menjadi gubernur. 
 
"Artinya, kalau dia tidak menjadi gubernur, maka kemampuan itu sama sekali tidak ada. Kita bertanya, kemana Pak Koster selama ini. Katanya mendukung juga tidak. Menolak juga tidak. Tetapi membenci kalau orang demo. Terus perjuangan Pak Koster dimananya?," Suarsa bertanya.
 
"Jangan sampai reklamasi Teluk Benoa hanya menjadi branding politik, tetapi sikapnya tetap abu-abu. Karena mendukung juga tidak, menolak juga tidak. Lalu apanya?" sentilnya.
 
 
Padahal, kata Suarsa, desa adat di Bali yang menolak reklamasi Teluk Benoa itu berjuang dengan tulus karena pertimbangan lingkungan, adat dan budaya. 
 
 
"Kami berjuang demi tanah kami, demi adat dan budaya kami. Dan kami tulus. Makanya reklamasi belum bisa dilakukan," ujarnya. 
 
Suarsa menilai, jangan sampai Koster hanya menggunakan reklamasi ini untuk menaikkan popularitas, tetapi secara salah membuat pernyataan yang menyakitkan publik Bali. 
 
"Kami yakin Koster akan mendapatkan sanksi sosial yang tidak kelihatan. Banyak desa adat di Bali yang berjuang untuk reklamasi agar tidak terjadi akhirnya marah," pungkasnya.(BB).