Pemerintah Pembina Jangan Membinasakan

Masalah Utama Terminal Mengwi Akibat Belum Ada 'Simpul Jaringan Trayek Terintegrasi'

  03 April 2018 EKONOMI Denpasar

nett

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Pengelolaan terminal Mengwi, Badung hingga kini menuai masalah sejumlah pihak. Agar pemanfaatan dan pengelolaan Terminal Mengwi lebih optimal, Ketua Organda Bali, Ketut Eddy Dharmaputra memiliki sejumlah pandangan demi kemajuan terminal kebanggaan masyarakat Bali tersebut.
 
 
Eddy Dharmaputra mengakui sampai saat ini Terminal Mengwi yang dirancang sebagai pengganti fungsi dari Terminal Ubung Denpasar memang belum optimal dalam pengelolaannya dan bisa dikatakan masih kurang. 
 
Persoalan utama, kata Eddy Dharmaputra diantaranya belum adanya simpul jaringan trayek dari dan ke terminal Mengwi yang terintegrasi sedangkan yang ada saat ini sifatnya masih parsial. 
 
"Padahal intinya masyarakat yang datang ke Terminal Mengwi itu bisa didistribusikan lewat transportasi yang tersedia," ucap Eddy Dharmaputra di Denpasar, Selasa (2/4/2018).
 
Keberadaan transportasi di Terminal Mengwi menurut Eddy Dharmaputra seperti Sabagita, APV, dan taxi sebenarnya sudah bagus, tapi belum maksimal. Mestinya, kata dia, Terminal Mengwi ini bisa juga dipakai "stop over" sama halnya yang ada di central parkir, Kuta. 
 
"Jadi kendaraan yang datang dari Jawa bisa masuk ke terminal, penumpang turun, lantas didistribusikan lewat transport yang sudah tersedia sesuai tujuan penumpang," ucapnya sembari berujar, sudah ada sebenarnya moda pilihan angkutan di terminal Mengwi. "Ini yang mestinya diberdayakan," harapnya. 
 
 
Kondisi riil saat ini yang terjadi, lanjutnya, karena tidak adanya jaringan trayek ke Terminal Mengwi mengakibatkan banyak yang naik melalui gudang atau pool bis sehingga kondisi ini dianggap tidak menguntungkan bagi penumpang. 
 
 
"Laporan dari masyarakatlah yang kemudian di fasilitasi pengusaha bis untuk bisa naik di pool atau gudang," ungkapnya.
 
Persolan lain yang jadi penyebab yaitu banyaknya angkutan antar jemput penumpang (AJAP) "door to door" yang berkeliaran tanpa izin yang jumlahnya ratusan, ini yang katanya cukup mematikan AKAP,  akibatnya kontribusi atau penumpang AKAP di terminal bisa dikatakan semakin meredup. 
 
"Yang kita inginkan yaitu bagaimana menyikapi persoalan ini dimana AKAP bisa berjalan dengan baik, terminal pun bisa menggeliat," harapnya. 
 
Eddy Dharmaputra juga berharap akan datangnya solusi, terobosan-terobosan baru supaya Terminal Mengwi bisa dikembalikan seperti tujuan awal. Ia mengakui katanya beberapa waktu lalu DPRD Provinsi Bali sempat ke Jakarta bertemu dengan Dirjen Perhubungan Darat dan dijanjikan akan diberikan bantuan kendaraan untuk bisa menyiasati trayek baru lagi ke beberapa tujuan. 
 
 
"Tapi itu kan baru janji dan memakan waktu lagi, padahal sekarang ini yang dihadapi kan persoalan perut," terangnya.
 
 
Ia pun mencontohkan soal keberadaan Terminal Bungurasih, Sidoarjo, Jawa Timur. Menurutnya perpindahan terminal tersebut tidak menimbulkan masalah, pasalnya simpul-simpul angkutan menuju ke Bungurasih dari berbagai daerah sekitar sudah tersedia, namun hal terbalik yang terjadi di Terminal Mengwi. 
 
"Dari situasi itulah sebenarnya yang perlu kita sikapi dan melakukan pendekatan, bagaimana menyediakan simpul-simpul itu. Kalau sampai AKAP redup buat apalagi ada terminal," sentilnya. 
 
Untuk itulah, Eddy Dharmaputra yang juga pengusaha bis AKAP ini meminta lebih peran pemerintah dalam mendorong sinergitas tata kelola transportasi di Bali, baik itu terminal, pengusaha, dan masyarakat. "Pemerintah itu kan pembina, jangan sampai justru membinasakan," selorohnya mengakhiri.(BB).