Pemkab Jembrana Anggarkan Rp 200 Juta Tapi Serum Anti Rabies Kosong

  10 Maret 2017 KESEHATAN Jembrana

Istimewa

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Jembrana. Pemkab Jembrana ternyata sangat serius untuk mengatasi rawan Rabies yang belakangan ini mulai merebak di "Bumi Makepung" Jembrana.

Terbukti, Pemkab Jembrana untuk tahun ini memasang anggaran Rp 200 juta untuk pengadaan Serum Anti Rabies (SAR). Dimana harga SAR mencapai Rp 1,5 juta per botolnya.

BACA JUGA : Hati-hati! Ternyata, Jembrana Kini Rawan Rabies

Namun, meskipun telah memasang anggaran lumayan besar, kenyataannya hingga kini tidak ada produk SAR baru yang didistribusikan ke Dinas Kesehatan Pemkab Jembrana.
 
Kadis Kesehatan Jembrana dr Putu Suasta mengatakan, sejatinya pemerintah telah menunjuk satu BUMN farmasi sebagai distributor resmi SAR satu pintu di Indonesia.

Namun karena diduga terjadi beberapa kendala, produksi SAR belum terwujud. Menurutnya, produksi SAR sangat berbeda dengan produksi Vaksin Anti Rabies (VAR) sehingga sampai saat ini terjadi kelangkaan.

Dijelaskannya SAR diproduksi melalui proses penyuntikan virus rabies pada tubuh manusia atau tubuh kuda untuk dicari serumnya. Berbeda dengan VAR adalah virus rabies yang dilemahkan.

SAR yang digunakan belakangan ini adalah yang diproduksi dari kuda dan ia mengaku beberapa tahun lalu sempat memperoleh SAR yang diproduksi dari tubuh manusia.

BACA JUGA : Parah Ne! Jembrana Rawan Rabies, Kok Stok Serum Anti Rabies Kosong

Normalnya, satu orang korban tergigit dengan resiko tinggi harus diberikan empat botol SAR. Pada gigitan normal, virus rabies yang menyebar lewat saraf membutuhkan waktu dua minggu sampai diotak.

Sedangkan pada gigitan resiko tinggi, virus rabies sudah sampai diotak kurang dari 14 hari. Jika korban diberikan VAR maka baru akan memberikan anti body dalam waktu dua minggu sehingga pada resiko tinggi harus diberikan SAR sebagai anti body yang instan.

Mekanisme pemberian SAR juga harus pada gold periode (hari pertama digigit atau maksimal hari kedua. Jika lewat dari dua hari sejak digigit maka SAR tidak akan berfungsi dan kemungkinan korban untuk bisa diselamatkan sangat kecil.
 
Ditengah pesatnya tingkat populasi anjing, ia yang mengaku sangat mengkhawatirkan kondisi kelangkaan SAR ini kini hanya bisa menunggu ketersiadaan SAR dari distributornya.

BACA JUGA : Siswi SMAN 2 Mendoyo 'YN' Dikabarkan Hilang Bersama Pacar. Tapi Ternyata?

Sebagai langkah antisipasi, selain sangat disarankan untuk menghindari kontak maupun gigitan hewan penular rabies (HPR), juga ketika terjadi gigitan agar dicuci sebanyak lima kali bilasan dengan menggunakan detergent dan segara dibawa ke fasilitas kesehatan milik pemerintah.

Ia juga berharap segera ada produksi dan pasokan produk SAR baru lantaran akibat kosongnya SAR maka sangat miris dimana saat ini terpaksa penanganan pada gigitan beresiko tinggi mau tidak mau hanya menggunakan VAR saja.(BB).