Apel Nusantara Bersatu, Wabup Kembang Berorasi

  01 Desember 2016 PERISTIWA Jembrana

Baliberkarya.com/ist

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Jembrana. Apel Nusantara Bersatu yang berlangsung serentak seluruh Indonesia berlangsung juga di Jembrana di pusatkan di Gedung Kesenian Bung Karno, Rabu (30/11/2016)
 
Apel tersebut, Wakil Bupati Jembrana Made Kembang Hartawan, disaksikan oleh anggota FORKOMPINDA (Forum Komunikasi Pimpinan Daerah), Kepala – kepala SKPD Pemkab Jembrana, anggota LVRI, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, TNI, Polri, PNS, Ormas dan Siswa SMP dan SMA menyampaikan orasi kebangsaan berjudul Membaca Kembali Keindonesiaan Kita dan Menjadikan Jembrana sebagai Taman Sarinya Bhineka Tunggal Ika.
 
Dalam orasinya itu, dengan penuh semangat Wabup Kembang menyebutkan, Indonesia sebagai bangunan peradaban negara bangsa, tentu tidaklah berdiri sendiri. 
 
Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pergaulan peradaban dunia lainnya. Artinya keberadaan Indonesia sebagai sebuah nation tentu harus berinteraksi dengan negara - negara lain di dunia itu atas interaksi itulah kemudian melahirkan dinamika – dinamika baik yang disebabkan faktor internal dan external. 
 
Menurutnya sebagai sebuah bangsa, sejatinya Indonesia telah memiliki simpul – simpul peradaban sebagai pengikat dalam satu komunitas bersama yang kini juga disebut sebagai Empat Pilar Kebangsaandidalam berbangsa dan bernegara. Keempat pilar atau Konsensus dan simpul itu adalah Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.
 
“Tanpa simpul tersebut maka kita akan gampang menjadi sebuah bangunan peradaban negara bangsa yang rapuh. Yang mudah pecah tercerai berai hingga menyebabkan akan hilangnya sebuah kedaulatan. Apakah kita menginginkan hal seperti itu terjadi? Jelas Tidak!! Karena suka atau tidak kebhinekaan itu adalah sebuah keniscayaan insaniah bahkan ilahiah,” ujar Kembang.
 
Demikian juga dengan keberadaan Kabupaten Jembrana, bahwa kebhinekaan merupakan kenyataan yang tidak terbantahkan. Bahkan secara historical dibuktikan bagaimana Raja Jembrana menerima “Nyame Selam” yang masuk ke Jembrana. Banyak bukti – bukti budaya yang hingga kini dapat kita lihat sebagai bentuk baru budaya lokal yang merupakan hasil interaksi budaya Islam Melayu dengan budaya Hindu Bali. 
 
Bahasa Melayu Loloan berbeda dengan Bahasa Melayu kebanyakan seperti Bahasa Melayu Riau dan Bahasa Melayu Malaysia.
 
Selain bahasa secara sosiologis juga berkembang budaya yang disebut penyame brayaan dengan tradisi ngejot. Sebuah interaksi cultural yang melahirkan prilaku budaya baru. Jangan heran jika di daerah Air Kuning, Medewi, Yehsumbul bahkan Loloan ditemukan nama yang memasukkan nama unsur Bali. “Seperti nama Nyoman Musadat Djohar, atau I Ketut Syahruwaldi Abas. Atau untuk nama perempuan Ketut Siti Aminah atau panggilan Men Siti.
 
Begitu mesranya bangunan peradaban yang diwujudkan oleh para leluhur kita, bahkan dalam catatannya di Kabupaten Jembrana tidak pernah terjadi ketegangan sosial yang berbau SARA. “Untuk itu tidaklah berlebihan jika di dalam kesempatan ini saya mengajak seluruh komponen masyarakat di Jembrana untuk bersama – sama mewujudkan Jembrana sebagai Taman Sarinya Bhineka Tunggal Ika” kata Kembang.
 
Selain orasi Wabup Kembang, dalam apel tersebut juga diisi dengan doa bersama yang dibawakan oleh tokoh agama Hindu, Islam, Budha, Katolik dan Protestan secara bergiliran, termasuk pembacaan puisi kebhinnekaan oleh siswa. (BB)