Iklas Mengajar Meski Hidup Memprihatinkan

Demi Lestarikan Seni Bali, Yan Eka Jadi Pelatih Tari Tanpa Dibayar

  27 November 2016 TOKOH Jembrana

Baliberkarya.com

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Jembrana. Tidak semua anak muda memiliki niat mulia seperti seorang pemuda di Jembrana ini. Diusianya yang masih belia, dia justru mengabdikan dirinya untuk melestarikan seni Bali dengan menularkan kepada para remaja tanpa meminta bayaran sepeserpun, sementara kondisi keluarganya sungguh memprihatinkan dan hidup pas-pasan.
 
I Wayan Eka Suryanta (33) demikian nama lengkap pemuda asal Kelurahan Lelateng, Kecamatan Negara, Jembrana, sejak masih duduk di TK sudah menguasai beberapa tari Bali.
 
Kemampuannya itu terus diasah hingga dia masuk SMK jurusan seni tari. Tujuannya, dia ingin benar-benar menguasai tari Bali dan nantinya akan ditularkan kepada remaja-remaja di Jembrana.
 
"Tujuan saya bersekolah seni tari agar bisa mengajar remaja-remaja belajar tari Bali. Soalnya di jaman sekarang sangat jarang remaja menguasai tari Bali," ucap Eka Suryanta, yang juga akrab disapa Yan Eka kepada awak media Baliberkarya.com.
 
 
Selepas dari menempuh pendidikan tari di SMK tahun 2002, Yan Eka mulai merekrut anak-anak dan remaja di kampungnya untuk dilatih berbagai tarian Bali. Anehnya, dia melatih puluhan anak dan remaja tanpa memungut bayaran sepeserpun. Sementara dia belum punya pekerjaan atau penghasilan.
 
"Saya memang tidak mau memungut bayaran ini murni saya iklas mendidik mereka karena jika saya munggut jelas jarang anak-anak atau remaja yang mau belajar nari. Sedangkan gratis saja susah cari murid," ungkapnya.
 
 
Memberikan pendidikan tari secara gratis menurut anak pertama dari dua bersaudara pasangan I Nyoman Laba dan Ni Made Kamiati ini semata-mata agar banyak anak dan remaja menguasai tari Bali sehingga seni dan budaya Bali tetap ajeg di daerah sendiri.
 
Namun ditengah perjalanan Yan Eka yang juga piawai bernyanyi dan menciptakan lagu pop Bali ini mulai kebingungan untuk menafkahi keluarganya. Maklumlah pemuda ini tidak mempunyai pekerjaan tetap. Sementara kedua orang tuannya hanya sebagai buruh serabutan.
 
"Saya lalu putuskan hijrah ke Denpasar dan bekerja sebagai sales di salah satu dealer mobil. Tapi saya tetap meluangkan waktu untuk mengajar tari," tuturnya.
 
 
Lantaran pekerjaannya sebagai sales mengharuskannya memiliki kendaraan, maka Yan Eka memberanikan diri untuk mengkredit sepeda motor. Namun demikian ternyata penghasilannya sebagai sales di kota besar ternyata tidak seberapa dan hanya bertahan 3 tahun sehingga ia memutuskan kembali pulang kampung.
 
Sekembalinya itu dia lantas bergabung di Yayasan Seni Jembrana dan didaulat sebagai instruktrur tari. Hingga saat ini, Yan Eka telah melatih ratusan anak dan remaja tanpa dibayar. Sementara Yayasan yang menaunginya juga belum bisa memberikan kesejahteraan karena baru berdiri.
 
"Saat datang cicilan motor saya selalu kebingungan karena tidak punya uang. Tapi itu tetap bisa diatasi karena ada saya yang membantu," akunya terus terang.
 
Kepiawaiannya menari baru mendapatkan hasil ketika Pemkab Jembrana mengutusnya mengikuti Pesta Kesenian Bali (PKB) mewakili Kabupaten Jembrana. Setiap mengikuti PKB sebagai wakil Jembrana selalu mendapatkan juara dibidang tari.
 
"Kalau mewakili Jembrana di PKB saya selalu diberikan dana oleh Pemkab Jembrana dan itu kebanggaan buat saya," tutup pemuda yang hingga kini belum punya pemikiran untuk menikah. (BB)