Halo Petugas! Tutup Sebulan, Komplek "Maksiat" Batu Karung Kok Buka Lagi

  10 November 2016 PERISTIWA Jembrana

Baliberkarya.com

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Jembrana. Bagaikan jamur tumbuh dimusim penghujan, itulah pribahasa yang tepat untuk mengungkapkan keberadaan sejumlah wanita penghibur yang buka praktek esek-esek di Batu Karung, Desa Melaya, Kecamatan Melaya, Jembrana.
 
Setelah sempat tutup selama sebulan pasca mencuatnya pemberitaan di sejumlah media, namun kini bisnis lendir penuh kenikmatan tersebut kembali menggeliat di kawasan tersebut.
 
Bahkan berdasarkan informasi warga setempat, kali ini jumlah wanita penghibur di lokaliasi terselubung tersebut jauh lebih banyak dari sebelumnya.
 
"Sejak seminggu lalu komplek disini buka lagi. Malah wanitanya jauh lebih banyak," ujar MY, salah seorang warga setempat, Kamis (10/11/2016).
 
Menurutnya, di daerah tersebut sedikitnya ada empat warung kumuh yang menyediakan wanita penghibur. Dua warung berada di depan SPBU Sumber Sari, dua warung lagi buka di timur SPBU Sumber Sari.
 
Keempat warung tersebut sebenarnya hanya kamuplasa atau kedok semata dengan menjual makanan dan minuman ringan yang jumlahnya hanya sedikit. Sejatinya warung itu hanya untuk menutupi bisnis maksiat yang menyediakan dua sampai tiga wanita yang siap melayani tamu yang butuh kenikmatan dengan tarif murah.
 
"Dalam warung tertutup itu ada bilik kamar. Jumlah kamar bervariasi, ada dua sampai tiga kamar. Oknum petugas juga sering singgah ke warung-warung itu, entah cari apa tapi kemungkinan minta uang rokok atau punglilah," ungkap warga.
 
Menurut warga, sejak sempat ditutup sebulan lalu, kawasan tersebut sempat tenang dan warga nyaman istirahat malamnya. Namun, kini warga kembali terganggu dengan keberadaan komplek tersebut yang melayani budak sex lelaki hidung belang selama 24 jam non stop.
 
"Intinya kami minta aparat terkait menutup komplek tersebut. Tapi nutupnya jangan setengah-setengah karena keberadaannya sangat mengganggu. Lagi pula dampak sosialnya kebanyakan negatif," tutup MY yang wanti-wanti namanya diinisialkan.
 
Sebelumnya, Perbekel Melaya Made Mara mengakui kawasan tersebut memang ada prostitusi sejak lama, bahkan sejak jaman nenek moyang. Hingga kini kawasan tersebut tetap hidup dari prostitusi.
 
"Sulit sekali membersihkan tempat itu dari praktek prostitusi. Tapi sekarang pengunjungnya sepi dibandingkan dulu karena takut penyakit HIV/AIDS," dalihnya. (BB)‎