Mohon Dibantu Ya! Wayan Jendri, Warga Kurang Mampu Sakit Harus Operasi Butuh Pertolongan

  27 Oktober 2016 PERISTIWA Jembrana

Baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Jembrana. Ni Wayan Jendri (49) hanya bisa terbaring beralas kasur buntut sambil meringis menahan sakit di rumahnya yang reot dan terbuat dari gedeg bambu yang sudah compang-camping. 
 
Mirisnya lagi, Wayan Jendri yang berlantai tanah kerap becek kemasukan air hujan akibat atap genting gubuknya yang telah banyak bocor.
Penderitaan ibu empat anak penjual canang sari yang tinggal di Lingkungan Tinusan Kauh, Kelurahan Lelateng, Kecamatan Negara, Jembrana ini sejak satu tahun lalu di diagnosa oleh dokter menderita sakit pembengkakan pada ginjalnya.
 
 
Praktis, sejak ia sakit Wayan Jendri tidak bisa lagi menjual canang sari. Untuk makan sehari-hari dirinya dan tiga anaknya hanya mengandalkan penghasilan Wayan Gejer (54), suaminya yang hanya bekerja sebagai buruh serabutan yang lebih banyak nganggurnya. 
 
Wayan Gejer kini kebingungan untuk biaya pengobatan istrinya Wayan Jedri. Selain terhimpit kemiskinan untuk membiayai kehidupannya sehari-hari, Wayan Gejer juga kesulitan untuk membiayai pengobatan istrinya selama ini. Meskipun telah memiliki KIS, terkadang istrinya harus berobat alternatif karena tidak kuat menahan sakit.
 
"Kalau penyakitnya kambuh, saya kebingungan. Mau berobat alternatif tidak ada biaya. Jangankan untuk biaya berobat alternatif, untuk makan sehari-hari juga susah," ucap Gejer lirih disamping istrinya yang terbaring lemas saat ditemui awak media Baliberkarya.com.
Jika dibawa ke rumah sakit, Wayan Gejer mengaku tidak memiliki biaya perjalanan. Apalagi jika harus ofname atau rawatinap, Wayan Gejer kebingungan mencari biaya sehari-hari.
 
Dari pemeriksaan dokter RSUD Negara, istrinya Wayan Jedri diharuskan untuk menjalani operasi jika ingin sembuh dari penyakitnya. Bahkan, dari RSUD Negara, istrinya Wayan Jedri harus di rujuk ke RSUD Tabanan untuk di operasi.
 
"Kami sudah tiga kali bolak-balik rumah sakit Tabanan, itu biayanya tidak sedikit. Biaya perjalanannya yang kami kesulitan, kalau biaya berobat di rumah sakit sich nggak bayar," ungkap Wayan Gejer.
 
Dari pemeriksaan di RSUD Tabanan menurut Wayan Gejer, istrinya telah mendapat jadwal operasi. Sayangnya, jadwal tersebut harus menunggu dua sampai tiga bulan lagi. 
 
 
"Saya tidak mengerti kenapa jadwal operasinya masih sangat lama, mungkin karena kami pakai kartu jaminan kesehatan dari pemerintah atau gimana. Saya kawatir ada apa-apa dengan istri saya di rumah," keluh Wayan Gejer‎ sedih.
 
Kekawatiran Wayan Gejer terbukti, dua hari sepulang dari RSUD Tabanan, istrinya kambuh dan dilarikan ke RSUD Negara. Istrinya sempat diopname selama lima hari dan dua hari lalu sudah diizinkan pulang.
 
Sekarang Wayan Gejer mengaku binggung memikirkan biaya hidup sehari-hari dan keadaan istrinya karena jadwal operasinya masih lama. Selain itu, ia juga kebingungan memikirkan rumahnya yang nyaris roboh serta biaya sekolah anaknya yang paling kecil.
 
"Anak saya empat orang, yang tertua laki-laki sudah tamat SMA tapi masih nganggur. Sedangkan anak ke dua perempuan sudah menikah dan anak ketiga perempuan baru saja tamat SMA, belum dapat kerjaan. Hanya anak yang keempat laki-laki masih kelas satu SMP," jelas Wayan Gejer sembari mengaku tiap bulan dapat bantuan raskin dari pemerintah dan tinggal menumpang di tanah orang lain.(BB).