(Bangkit, Tekun dan Lupakan Bom Bali)

Wayan Leniasih 'Janda Bom Bali' Raih Predikat Guru Berprestasi Tingkat Nasional

  13 Oktober 2016 PERISTIWA Badung

Baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com - Badung. 14 tahun silam bom dengan ledakan maha dahsyat mengguncang Pulau Bali. Bom yang meledak di Paddys Club dan Sari Klub itu menewaskan 202 orang. Salah satunya adalah I Kadek Sukerna yang merupakan suami dari Ni Wayan Leniasih. 
 
Pasca peristiwa memilukan itu akhirnyat erpaksa Wayan Leniasih harus menghidupi dua anaknya yang masih kecil-kecil. Saat musibah itu terjadi anak pertamanya baru berusia 3 tahun dan paling kecil baru berusia satu bulan.
 
Lantaran tak kuasa menanggung beban hidup di kota, Wayan Leniasih kemudian terpaksa harus memutuskan kembali ke kampung halamannya di Kabupaten Buleleng. "Jujur, buntu otak saya waktu itu," ucap Wayan Leniasih. 
 
 
Perasaannya semakin tak kalut tak karuan, lantara selama tiga bulan Wayan Leniasih tak pernah mengetahui keberadaan suaminya yang bekerja sebagai bartender di Sari Klub. Dan, tiba-tiba telepon berdering dari Forensik RSUP Sanglah Denpasar, barulah ia menyadari jika jiwa suaminya telah tiada dalam peristiwa kelam Sabtu malam 14 tahun silam itu.
 
 
"Enam bulan saya tak bisa bangkit. Namun, anak saya sebagai penguat. Semangat saya itu semakin bertambah setelah memperhatikan dengan seksama ketegaran ibu mertua. Ibu mertua sudah ditinggal suami, anaknya (suami Leniasih) juga meninggal, tapi tetap tegar," ungkapnya.
 
Tak mau lama-lama terpuruk, Wayan Leniasih memutuskan untuk kembali ke Denpasar. Tekadnya satu, bangkit dari keterpurukan untuk membesarkan buah hatinya. Saat peristiwa itu terjadi, Wayan Leniasih menuturkan dirinya masih bekerja sebagai guru magang di TK Indra Prasta Kuta di Jalan By Pass Ngurah Rai. 
 
"Kekuatan saya terletak di anak-anak. Saya hanya lulusan D2, itupun suami yang membiayai," tuturnya.
 
Dibalik musibah, Wayan Leniasih masih diberi keberuntungan lantaran seorang donatur asal Singapura mau membiayainya sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. "Ibu Young Shin waktu itu mau memberi bantuan uang. Saya bilang, saya tidak mau uang, yang saya mau keterampilan. Saya akhirnya melanjutkan kuliah hingga S1," kenangnya.
 
 
‎Wayan Leniasih tak memungkiri jika teringat peristiwa kelam itu, semangatnya langsung mengendur. Bahkan, ia mengaku selalu menangis jika mengingat peristiwa memilukan tersebut. Bagaimana tidak, begitu mengetahui dentuman bom meledak, wayan Leniasih langsung mencari keberadaan suaminya di tempatnya bekerja Sari Club. 
 
"Tempat suami saya bekerja itu justru menjadi pusat ledakan. Bahkan, saya melihat langsung dengan mata kepala sendiri bagaimana relawan mengevakuasi tubuh tanpa kepala, tangan dan kaki," urainya.
 
 
Meski begitu, Wayan Leniasih menegaskan banyak hal yang membuatnya bisa bangkit kembali, meski secara psikologis belum sepenuhnya pulih. Hebatnya, berkat ketekunannya dan ketegarannya itu, Wayan Leniasih berhasil meraih label guru berprestasi tingkat PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). 
 
"Saya mewakili Provinsi Bali bersaing di tingkat nasional. Waktu itu diseleksi dari tingkat kecamatan, kabupaten hingga provinsi. Saya terpilih mewakili Bali di tingkat nasional dan saya juara enam," tegas Leniasih yang mendapat penghargaan pada Agustus 2016 lalu.
 
Meski begitu, satu cita-cita Wayan Leniasih yang belum ia raih yaitu dirinya ingin menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Ia mengakui pernah mengikuti seleksi tes CPNS. Namun, harapannya pupus lantaran ia tertipu seorang makelar gadungan. "Saya tertipu dan Rp25 juta hilang. Sedihnya uangnya itu saya pinjam dari orang waktu itu," tandanya kesal.(BB).