Sukurlah! Lelucon Mukidi Dongkrak Omset 'Kopi Mukidi'

  29 Agustus 2016 EKONOMI Nasional

istimewa

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com - Nasional. Cerita humor tentang Mukidi yang akhir-akhir ini menjadi viral di media sosial turut mendongkrak usaha petani sekaligus pengusaha kopi bernama Mukidi. Seperti apa kisahnya?
 
Mukidi, pria 42 tahun warga Temanggung, Jawa Tengah ini mengaku bahwa cerita humor yang membawa-bawa namanya itu mampu menaikan omset penjualan 'Kopi Mukidi', usaha yang ia rintis. Bahkan, warung kopinya pun kini ramai dikunjungi.
 
"Meski nama Mukidi kini kerap menjadi olok-olokan dan jadi bahan lelucon di dunia maya, saya sama sekali tidak marah ataupun tersinggung. Justru saya malah diuntungkan dengan candaan tersebut," kata Mukidi di warung kopinya di Dusun Jambon, Desa Gandurejo, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
 
Menurutnya, dengan candaan itu, usaha kopi yang ia diberi merek 'Kopi Mukidi' malah menjadi semakin terkenal. Padahal merek tersebut diciptakan jauh sebelum demam Mukidi mewabah di kalangan netizen.
 
"Sejak ramai dibincangkan di media sosial, penjualan kopi saya meningkat tajam. Sebelumnya rata-rata tiap hari terjual satu kilogram. Kini bisa terjual 10 hingga 15 kilogram," ujarnya.
 
Ia mengatakan, keluarga dan teman-temannya sebagian besar merespon positif adanya cerita lucu Mukidi. Banyak di antaranya yang kemudian menyapa dan bertanya kepada dirinya, baik langsung maupun melalui media sosial, perihal namanya yang kebetulan sama dengan tokoh Mukidi.
 
"Keluarga, teman-teman, pada ketawa. Saya ambil positifnya saja," katanya.
 
Bahkan, katanya, beberapa hari terakhir akun Facebook pribadinya tiba-tiba banyak permintaan pertemanan. Hal ini tentu tidak biasa terjadi pada hari-hari sebelumnya.
 
Istri Mukidi, Sumi, mengatakan dirinya tidak merasa risau sedikit pun atas candaan di media sosial yang kebetulan sama dengan nama suaminya.
 
"Sebagai istri Pak Mukidi, menanggapi candaan Mukidi justru ada hikmahnya. Mudah-mudahan jualan kopi kami makin laris, rezeki melimpah," katanya.
 
Mukidi, yang ramai diperbincangkan di media sosial, adalah tokoh imajiner yang merupakan karya dari Soetantyo Moechlas, seorang mantan pegawai perusahaan farmasi. Pria 64 tahun asal Purwokerto yang kerap disapa Pak Yoyo ini mengatakan bahwa tokoh Mukidi telah ia ciptakan puluhan tahun silam.
 
Ia mengaku, lelucon-lelucon Mukidi yang ia ciptakan awalnya biasa digunakan untuk menghibur para kliennya ketika sedang presentasi. Kemudian ia mulai mengirimkan kisah lucu Mukidi itu ke sebuah acara radio yang dipandu oleh dua penyiar ternama, Ida Arimurti dan Krisna Purwana.
 
Karena mendapat tanggapan positif dari masyarakat, Pak Yoyo lalu mengumpulkan cerita-cerita itu dan menyusunnya menjadi buku. Tidak terlalu banyak terjual, kisah humor Mukidi justru menjadi terkenal dari sosial media setelah bertahun-tahun kemudian.
 
Jika ditelisik, Mukidi tak ubahnya seperti Abunawas, tokoh cerdik dalam kisah 1001 Malam. Namun berbeda dengan Abunawas, Mukidi bisa menjadi anak kecil, orang dewasa, kakek-kakek, orang Jakarta, orang Jawa, orang Madura, siapa saja. Pokoknya, asal bisa membuat orang tertawa.
 
Berikut beberapa cerita lucu tentang Mukidi:
 
MUKIDI DAN GAJAH
 
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 07.00. Bel sekolah berbunyi dan para siswa pun langsung berlarian memasuki kelasnya masing-masing. Termasuk Mukidi.
 
Mukidi memang sangat dikenal oleh para guru di sekolah itu. Anaknya sih enggak bandel-bandel amat. Namun dia sangat populer sebagai anak yang nyebelin banget.
 
Siang itu Mukidi duduk di paling depan. Karena salah satu bangku teman yang ada di depan tidak masuk. Maka dari itu Mukidi berniat duduk di paling depan.
 
Kebetulan pelajaran hari itu adalah pelajaran Bahasa Indonesia. Ini adalah mata pelajaran yang paling disukai oleh Mukidi. Nah pada kesempatan itu, Guru Mukidi berkeinginan untuk membuat tebak-tebakan nama hewan. Berikut dialognya:
 
Guru: Anak-anak, apa nama binatang yang dimulai dengan huruf 'G'?.
 
Mukidi berdiri dan menjawab: Gajah, Bu Guru!
 
Guru: Bagus, pertanyaan berikutnya. Apa nama binatang yang dimulai dengan huruf 'D'?
 
Semua murid diam, tapi Mukidi kembali berdiri: Dua gajah, Bu Guru...
 
....gerrr sekelas
 
Guru: Mukidi, kamu berdiri di pojok sana! Ayo anak-anak kita lanjutkan. Pertanyaan berikut, binatang apa yang dimulai dengan huruf 'M'?
 
Semua murid diam.
 
Tapi lagi-lagi Mukidi menjawab dengan tenang: Mungkin Gajah...
 
Guru: Mukidi, kamu keluar dan berdiri di depan pintu !
 
Mukidi keluar dengan perasaan yang sedihhh. Guru melanjutkan.
 
Guru: Pertanyaan terakhir. Anak-anak, binatang apa yang dimulai dengan huruf 'J'?
 
Semua murid kembali terdiam.
 
Tak lama sayup-sayup terdengar suara Mukidi dari luar kelas
 
Mukidi: Jangan-jangan Gajah
 
Saking kesalnya, Bu Guru menyuruh Mukidi pulang....
 
Guru: Sekarang anak-anak, binatang apa yang diawali dengan huruf 'P'?
 
Sekali lagi semua murid terdiam.
 
Tiba-tiba HP bu Guru berdering.
 
Guru: Ya hallo...
 
HP: Maaf bu, saya Mukidi. Jawabannya: Pasti Gajah
 
 
TERNYATA MUKIDI TERLALU SAYANG SAMA ISTRINYA
 
Suatu hari istri Mukidi akan melahirkan anak pertama mereka.
 
Mukidi pun buru-buru ke rumah sakit dan disuruh masuk untuk menyaksikan proses persalinan
 
Setelah persalinan selesai Mukidi pun mengecup kening istrinya sambil berkata:
 
Mukidi: Alhamdulillah... anak kita perempuan, makasih yaa, sayaang...
 
Istri: Iyaa, kang
 
Mukidi: Sakit yaa, sayang...?
 
Istri: Iyaa kang...sakiit banget!
 
Mukidi: Yaaank... aku sayaaang banget sama kamu... aku ga tega
 
Istri: Iyaa kang...!
 
Mukidi: Nanti kalau untuk anak kedua titip sama yang lain aja yaaa... jangan dari kamu lagi, aku ga tega, yaang.
 
Istri: ...??????????...
 
 
SETELAH MUKIDI SUKSES DAN PUNYA ANAK CUCU
 
Suatu malam, mbah Mukidi yang sudah berusia 85 tahun telpon ke dokter pribadinya.
 
"Dokter, ada yang aneh dengan toilet saya. Setiap malam waktu saya mau kencing, lampunya langsung nyala sendiri begitu saya buka pintunya."
 
Sang dokter menjawab, "Mbah, Embah istirahat saja deh, nanti saya perbaiki." Kata si dokter, mencoba menenangkan Mbah Mukidi.
 
Karena merasa ada yang aneh, kemudian si dokter menelpon keluarga si Embah, dan yang mengangkat putri bungsunya, Sheilla namanya.
 
"Halloo Dik Sheilla, tadi Mbahmu memberitahu bahwa lampu toiletnya langsung menyala saat pintunya dibuka, apa memang kamar mandi dipasang lampu otomatis ?"
 
Mendengar hal ini, Sheilla langsung berteriak,
 
"Mamah... Kakak ... Mbok Ijah ... Papah kencing di kulkas lagi tuhhh..."
 
Dokter: "Waduhhhh..."
 
 
MUKIDI NONTON BIOSKOP
 
Pukul 8 pagi di kantor bioskop.
 
Kriiiiing! telepon di meja kantor bioskop XXl berbunyi.
 
Mukidi: Halloow Mas.... saya mau nanya, bioskop buka jam berapa.... ?
 
Penjaga: Jam satu Mas.
 
Mukidi: Bisa buka jam sembilan tidak mas?
 
Penjaga: Gak bisa. Biasa jam satu bukanya.
 
Kriinggg... Pukul11 telepon bunyi lagi.
 
Mukidi: Hallow..... Jam berapa bukanya bioskop?
 
Penjaga: Kamu yang telepon tadi ya, Mas? Kan sudah dikasih tau.. bukanya jam 1
 
Mukidi : Jam 12 tidak bisa, Mas?
 
 
 
Penjaga: Tidak bisa! Emang bioskopnya Mbahmu apa!
 
Mukidi: Nawar sedikit saja, Mas. Enggak apa-apa sudah, setengah satu saja ya?
 
Penjaga: [dongkol] Sebenarnya kamu mau nonton film apa tho, kok telepon terus-terusan?
 
Mukidi: [sambil menangis] Saya ini sebenarnya di dalam bioskop, Mas. Tadi malam pas nonton pilem ketiduran. Tolong, Mas, bukakan pintunya. Saya pingin pulang.
 
 
 
MUKIDI LAGI MUKIDI LAGI
 
Ternyata Markonah, istri Mukidi, masih perawan. Dia pergi ke dokter kandungan untuk periksa.
 
Waktu dokter mau periksa bagian dalam, terjadi percakapan:
 
Markonah: Hati-hati periksanya ya, dok, saya masih perawan lho
 
Dokter: Lho katanya ibu sudah kawin-cerai 3x, mana bisa masih perawan??
 
Markonah: Gini lho Dok, eks suami saya yang pertama ternyata impoten...!!
 
Dokter: Oh begitu tapi suami ibu yang kedua tidak impoten kan....?
 
Markonah: Betul Dok, cuma dia gay, jadi saya tidak pernah diapa-apain sama dia
 
Dokter: Lalu suami ibu yang ketiga si Mukidi tidak impoten dan bukan gay kan....?
 
Markonah: Betul Dok, tapi ternyata dia itu orang partai
 
Dokter: Lalu apa hubungannya dengan keperawanan ibu??
 
Markonah: Dia? cuma janji-janji saja Dok, tidak pernah ada realisasinya..... Jadi cuma dicontreng aja, gak dicoblos......!!!
 
 
MUKIDI MERDEKA
 
Jaya adalah tetangga Mukidi, tapi mereka tak pernah rukun. Mukidi merasa Jaya adalah saingannya.
 
Jika Jaya beli sepeda baru, Mukidi tidak mau kalah. Mukidi ya beli sepeda baru juga.
 
Ketika menjelang Lebaran, rumah Jaya dicat merah. Besoknya, Mukidi mengecat dengan warna merah juga.
 
Karena kini 17 Agustus-an, Jaya memasang spanduk di depan rumah bertulisan 'INDONESIA TETAP JAYA'.
 
Hati Mukidi panas dan memasang spanduk juga dengan tulisan 'INDONESIA TETAP MUKIDI'.
 
 
MUKIDI IKUT LOMBA NYANYI LAGU HARI KEMERDEKAAN
 
Mukidi: "Enam belas Agustus tahun empat lima...".
 
Juri: "Salah itu..., ulangi !".
 
Mukidi: "Enam belas Agustus tahun empat lima...".
 
Juri : "Salah..., kesempatan terakhir!"
 
Mukidi: "Saya ndak salah pak, sampean dengar saya nyanyi dulu".
 
Akhirnya juri serius mendengarkan Mukidi bernyanyi.
 
Mukidi: "Enam belas Agustus tahun empat lima..., BESOKNYA hari Kemerdekaan kita..."
 
 
AYAM GORENG
 
Dalam keadaan lapar, Mukidi masuk ke sebuah rumah makan. Ia memesan ayam goreng. Tak lama kemudian sebuah ayam goreng utuh tersaji. Baru saja Mukidi hendak memegangnya, seorang pelayan datang tergopoh-gopoh.
 
"Maaf Mas, kami salah menyajikan. Ayam goreng ini pesanan bapak pelanggan yang di sana," kata pelayan sambil menunjuk seorang pria berbadan kekar dan berwajah preman.
 
Akan tetapi karena sudah terlanjur lapar, Mukidi ngotot bahwa ayam goreng itu adalah haknya.
 
Pria bertampang preman itu segera menghampiri meja Mukidi dan menggertaknya.
 
"AWAS kalau kamu berani menyentuh ayam itu...!!! Apa pun yang kamu lakukan kepada ayam goreng itu, akan aku lakukan kepadamu. Kamu potong kaki ayam itu, aku potong kakimu. Kamu putus lehernya, aku putus lehermu..!!!"
 
Mendengar ancaman seperti itu, Mukidi hanya tersenyum sinis sambil berkata, "Silakan! siapa takut?"
 
Lalu Mukidi segera mengangkat ayam goreng itu dan menjilat pantatnya.
 
 
MUKIDI LAGI.. OH... MUKIDI
 
MUKIDI yang asli Madura, sedang berlibur ke Jakarta.
 
Dia keliling Jakarta dengan naik metromini.
 
Dia mengamati segala yg terjadi di dalam metromini. Termasuk kernet dan penumpang bus tersebut.
 
Tak lama kemudian si kernet bilang: "Dirman.. Dirman.. Dirman.." (tanda bahwa bus sampai di Jalan Sudirman)
 
Lalu seorang penumpang laki-laki teriak: "kiri..!"
 
Dan turunlah penumpang tersebut..
 
Selang berapa lama kernet teriak: "Kartini.. Kartini.. Kartini.."
 
Seorang cewek muda nyeletuk: "kiri..!", lalu cewek tsb pun turun..
 
Beberapa lama kernet itu teriak lagi: "Wahidin.. Wahidin.. Wahidin.."
 
Adalagi cowok yang bilang: "Kiri!"
 
Tak selang lama si kernet teriak lagi: "Gatot Subrotooo! Gatot Subrotooo!"
 
Seorang pemuda ganteng berkumis tebal menjawab: "Kirii..!!"
 
Maka turunlah si kumis itu.
 
Maka....
 
Tinggalah seorang diri MUKIDI dalam bus. Dengan hati jengkel dia colek si kernet, dengan nada marah MUKIDI bilang:
 
"Korang ajjar sampiyan ya... Daari tadi orang-orang sampiyan panggil. Lhaaa nama saya ndak sampiyan nggil panggil! Kalo begini, kaaapan saya toron?!!!"
 
Untung si kernet tanggap..
 
"Siapa nama Bapak..?"
 
"Namaku MUKIDI", jawabnya.
 
Si kernet langsung teriak: "MUKIDI. MUKIDI.. MUKIDI.. !!!"
 
MUKIDI pun lega dan berkata: "Naaaah.. Beggiitu..!! Kirri...!"
 
Maka turunlah MUKIDI di jalan tol.
 
Bagi yang menemukan MUKIDI harap menghubungi keluarganya di Sumenep.
 
 
MAAF, MUKIDI MUNCUL LAGI
 
Guru bertanya: "Anak-anak... Siapa yg mau masuk surga..?"
 
Serempak anak-anak menjawab "Sayaaaa..!"
 
Mukidi yang duduk di belakang diam saja..
 
Bu guru bertanya lagi: "Siapa yang mau masuk neraka..??"
 
Anak-anak: "Tidak mauuuu....!!!" Mukidi tetap diam saja.
 
Bu guru mendekat: "Mukidi, kamu mau masuk surga atau neraka...?
 
Mukidi: "Tidak kedua-duanya bu guru..."
 
Bu guru: "Kenapa..?"
 
Mukidi: "Habis waktu ayah saya mau meninggal, beliau berpesan, 'Mukidi, apa pun yang terjadi kamu harus masuk TENTARA...!" (BB/berbagai sumber).