Dewan Jembrana Kecam Tarian Semi Telanjang Ditampilkan ‎HUT RI dan HUT Kota Negara

  22 Agustus 2016 PERISTIWA Jembrana

baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkerya.com-Jembrana. Setelah menuai kecaman dan cercaan dari masyarakat dan netizen, kini giliran wakil rakyat di Jembrana angkat bicara terkait tarian semi telanjang yang dipertontonkan didepan anak-anak, masyarakat umum, dan Wakil Bupati Jembrana Kembang Hartawan di Gedung Kesenian Bung Karno, Jembrana untuk mempringati HUT RI dan HUT Kota Negara, Minggu (21/8/2016) malam.
 
Dewan menilai Pemkab Jembrana gagal total dan kecolongan sehingga acara murahan tak bermoral tersebut bisa lolos sensor.Menurut legislator, acara tersebut benar-benar tidak layak dan bisa dikatakan menjijikan ditampilkan dalam peringatan hari-hari besar nasional.
 
"Ini peringatan HUT RI dan HUT Kota Negara lo, bukan main-main. Kok bisa acara seperti itu dipertontonkan," ketus I Putu Dwita, Wakil Ketua Komisi A DPRD Jembrana, Senin (22/8/2016).
 
Dwita sangat mengecam tontonan tersebut karena sama sekali tidak ada unsur mendidiknya termasuk tidak ada unsur seninnya. Karena itu, dia mengharapkan aparat Kepolisian menindak secara hukum ketua panitia, crew dan para penari erotis, serta pihak-pihak yang terlibat dalam acara tersebut.
 
Pemkab Jembrana dalam hal ini Bupati Putu Arta maupun Wakil Bupati Jembrana Kembang Hartawan menurut Dwita harus bertanggungjawab terhadap tontonan tersebut. Permohonan maaf kepada masyarakat Jembrana sangat penting dilakukan, tentunya dibarengi dengan evaluasi kedepannya mengingat citra buruk Jembrana selama ini.
 
"Kami menyayangkan ini terjadi. Artinya bupati dan wakil bupati harus mendengar suara rakyat jangan mengabaikan suara rakyat. Bukan terhadap kasus yang ini saja, termasuk masalah Syahrini kemarin," sentilnya.
 
Lebih jauh Dwita menegaskan bahwa masalah dipaksakannya artis Syahrini  manggung dan tampil di Jembrana meski ditentang banyak warga, hal itu menandakan kepala daerah tidak mendengar suara rakyat. 
 
 
Sejak awal masyarakat banyak yang tidak setuju mengundang Syahrini untuk tampil menghibur di Jembrana, namun Syahrini tetap bisa tampil akibat besar kepalanya Bupati Putu Arta dan Wakil Bupati Kembang Hartawan.
 
"Sejak awak pro dan kontra di masyarakat terkait rencana Pemkab menundang Syahrini seharusnya bisa dijadikan dasar evaluasi," tegasnya.
 
Penolakan warga dengan kedatangan Syahrini ke Jembrana atas undangan Pemkab bukan semata karena bayaran mahal, namun juga masyarakat mengganggap penampilan Syahrini tidak sesuai dengan budaya lokal Jembrana.
 
"Coba bayaran Syahrini digunakan untuk mengundang pelawak Bali, berapa dapat pelawak dan berapa hari bisa menampilkan pelawak Bali?," seloroh Dwita.
 
Baginya, ajang peringatan HUT Kota Negara dan HUT RI sebenarnya ajang kebanggaan bagi masyarakat Jembrana karena ajang tersebut merupakan wadah untuk masyarakat Jembrana menyalurkan potensi yang ada termasuk seni.
 
"Tapi kenyataannya, Pemkab seolah kurang memberikan ruang buat potensi lokal Jembrana untuk berkreasi. Banyak seniman dan penyanyi Jembrana  yang potensial justru tidak kebagian momen. Ini yang sangat disayangkan," sindirnya.
 
Kedepannya, menurut Dwita hendaknya Pemkab Jembrana melakukan evaluasi dan telinga maupun hati nurani pejabatnya mau mengikuti kehendak warga "Bumi Mekepung". 
 
Setiap peringatan HUT RI dan HUT Kota Negara hendaknya Bupati Jembrana Putu Arta maupun Wakil Bupati Jembrana Kembang Hartawan mau lebih mengedepankan potensi seni lokal dan bisa memilah kegiatan apa yang layak untuk ditampilkan.
 
"Kalau acara modifikasi mobil plus tarian erotis itu sunguh-sungguh tidak layak dipertontonkan dalam peringatan hari-hari besar. Apalagi dananya dianggarkan dari APBD. Ini mohon diperhatikan pemangku kebijakan dan penguasa Jembrana," pungkas Dwita bersemangat.(BB).