Ayu Pastika Apresiasi Bali sebagai Provinsi Pertama Pencanangan Nasional Introduksi Vaksin Polio Su

  22 Juli 2016 KESEHATAN Gianyar

baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Gianyar. Terpilihnya Bali sebagai Provinsi pertama pencanangan vaksin Polio Suntik/ Inactivated Polio Vaccine (IPV) di Indonesia mendapatkan apresiasi yang tinggi dari Ketua Tim Pembina PKK Provinsi Bali Ny. Ayu Pastika.  

Momentum pencanangan tersebut menandakan program yang bersifat nasional ini dimulai di Kabupaten Gianyar, Bali. Hal itu diungkapkannya ketika mendampingi Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moeloek, dalam rangka Pencanangan Nasional Introduksi Vaksin Polio Suntik (IPV) yang diadakan di Balai Budaya Gianyar, Jumat (22/7/2016)

Pendamping orang nomor satu di Bali ini berharap penerapan penggunaan IPV ini akan berdampak pada positif bagi penurunan angka kesakitan, kecacatan dan kematian Balita yang disebabkan oleh Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) khususnya di Bali bisa dicegah. “Kita bangga pastinya Bali terpilih sebagai provinsi pencanangan Nasional IPV. Namun tidak berhenti sampai disini, semoga program ini efektif dalam mendukung program Indonesia Bebas Polio,” ujarnya.

Ia juga menekankan peran para kader TP PKK untuk terlibat aktif dalam kegiatan imunisasi. “Saya juga himbau kepada seluruh kader PKK untuk turut mendukung program pemerintah seperti yang dicanangkan hari ini. Karena anak anak adalah aset bangsa yang harus kita jaga, sehingga  bisa tumbuh dan berkembang dengan sehat, ” pungkasnya.

Senada dengan Ayu Pastika, Nila Moeloek menyampaikan dalam sambutannya bahwa program Imunisasi merupakan salah satu program kesehatan yang paling efektif dalam Pembangunan Kesehatan terutama untuk mencegah kesakitan, kecacatan dan kematian. Secara global, imuniasasi telah berhasil menurunkan angka kematian bayi sekitar 2-3 juta pertahun akibat PD3I.

“Sementara khusus dalam pemberantasan penyakit polio, Indonesia telah memperoleh Sertifikasi Bebas Polio dari World Health Organization (WHO) pada bulan April 2014,” imbuhnya. Adapun keberhasilan Program Imunisasi di Indonesia antara lain; hilangnya penyakit cacar yang mematikan sejak tahun 1974, tidak ditemukan lagi penderita Polio sejak tahun 2006, tercapainya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal pada tahun 2016, serta harapan Dunia Bebas Polio pada tahun 2020.

Sesuai tema acara pada pagi ini, Nila Moeloek menyampaikan dalam mencapai Indonesia Bebas Polio merupakan suatu langkah besar kontribusi dalam melangkah untuk mencapai Dunia Bebas Polio. “Pemerintah telah berhasil melkukan Pekn Imunisasi Nasional secara serentak di seluruh Indonesia pada tanaggal 8-15 Marett 2016 dengann sangat baik, yaitu cakupan hingg 95,6%. Dn telah melakukan swithcing (peralihan) penggunaan vaksin trivalent Oral Polio Vaccine (tOPV) menjadi bivalent Oral Polio Vaccine (bOPV) sejak tanggal 4 April 2016.

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dr. Mohamad Subuh melaporkan bahwa program pemberantasan polio telah ditetapkan sebagai satu isu kedaruratan kesehatan masyarakat dunia dan telah disusun strategi menuju Dunia Bebas Polio. Sementara untuk Indonesia sendiri telah melaksanakan dua tahapan kegiatan yaitu PIN Polio dan juga penggantian tOPV menjadi bOPV.

Menurutnya, dipilihnya Bali sebagai tempat pencanangan pertama program ini karena dipandnag mempunyai fasilitas infrastruktur yang emmadai serta kesiapan publik. Dia juga menambahkan dalam upaya menuju dunia bebas polio tahun 2020 peru dicapai dan dipertahankan cakupan imunisasi polio rutin yang tinggi dan merata.

Gubernur Bali yang dalam kesempatan itu diwakili oleh Kepala Dinas Kesehatan Prov Bali, dr. Ketut Suarjaya menyambut baik pencanangan tersebut. dalam kesempatan itu, Pastika juga melaporkan bahwa dalam mendukung kegiatan Eradiksi Penyakit Polio, Di Bali telah dibentuk Kelompok Kerja (Pokja) Eradiksi Polio di tingkat Kabupaten/Kota. Selain itu, Pastika juga mengakui telah berupaya menekan jajaran Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota agar mengoptimalkan pelaksanaan strategi pencapaian cakupan Imunisasi secara tinggi dan merata.

Dia juga menambahkan jika program Imunisasi tidak boleh berhnti dan harus terus ditingkatkan mengingat kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat kesehatannya sejak bayi. Di tengah maraknya pemberitaan vaksin palsu, upaya pemberian vaksin ke bayi harus terus ditingkatkan. Dalam penutupannya, Pastika juga menghimbau jajarannya di Balli untuk terus tingkatkan sosialisasi tentang pentingnya vaksin agar semua masyarakat bisa memahami dengan baik.

Pencanangan pada Jumat (22/7/2016) merupakan motivasi bagi semangat jajarannya untuk terus mencegah penyakit sejak dini melalui imunisasi.

Acara pada hari itu juga dihadiri oleh Bupati Gianyar, AA Baratha dan Ketua Tim Penggerak Kabupaten Gianyar, Ny. Dayu Surya Mahayastra beserta segenap jajaran Dinas Kesehatan Provinsi Bali dan Kabupaten Gianyar.(bb)