Di Tabanan Ada SMP Sama Sekali tak Dapat Siswa Baru !

  05 Juli 2016 PERISTIWA Tabanan

beritabali

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Tabanan. Ketika di wilayah perkotaan banyak sekolah menjadi favorit – bahkan ada pelamarnya berani coba-coba masuk melalui “jalur tikus” – sebuah SMP di Tabanan sama sekali tidak mendapat pendaftar siswa baru saat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).
 
Berdasarkan pantauan Selasa (5/7/2016), SMP Harapan Tabanan harus bersiap ditutup karena tidak ada tanda-tanda siswa mendaftar. Bahkan guru-guru yang berstatus PNS sudah meninggalkan sekolah tersebut.
 
Kepala Sekolah SMP Harapan, I Wayan Rateg Suwadnya (80) mengungkapkan, jika sejak dua tahun terakhir sekolah yang dipimpinnya sudah tidak mendapat siswa yang mendaftar. Bahkan angkatan 2016 adalah siswa terakhir sebanyak 12 siswa.
 
Ketua Yayasan Harapan Bangsa yang menaungi SMP Harapan Tabanan, IB Nuaba, beberapa waktu sebelumnya menegaskan, memang sejak dua tahun terakhir SMP Harapan tidak mendapatkan murid. Sehingga praktis hanya memiliki satu kelas murid yang berjumlah 12 orang. Di tengah minimnya jumlah  murid, pihak yayasan pernah berencana memindahkan 12 murid yang tersisa ke sekolah lain. "Namun rencana itu justru ditolak oleh murid yang kala itu sudah duduk di kelas II," jelasnya.
 
Ke-12 murid yang tersisa malah memilih melanjutkan sekolah di SMP Harapan hingga tamat. "Kami kemudian memutuskan untuk melanjutkan pendidikan murid yang masih setia menimba ilmu di SMP Harapan,” jelasnya.
 
Dijelaskan ketika pola Penerimaan Siswa Baru (PSB) di tingkat SMP masih seperti sekarang yakni sekolah negeri menerima murid sebanyak-banyaknya dengan memberlakukan double shift, maka pihaknya akan memastikan SMP Harapan ditutup. “Apabila ada kebijakan baru dari pemerintah yang membatasi sekolah negeri menerima murid, Kami masih memiliki harapan untuk hidup kembali,” tandasnya. 
 
Sementar Ketua Dewan Pendidikan Tabanan I Wayan Madra Suartana yang memantau langsung pelaksanaan UN di SMP Harapan baru-baru ini mengaku miris melihat kodisi sekolah swasta di Tabanan. “ Kami sangat menyayangkan sekolah swasta tidak mendapatkan murid akibat pemberlakuan double shift di sekolah negeri,” tandasnya.
 
Ia yang pernah terlibat di dalam SMP Harapan di era tahun 1980-an memang terjadi bom siswa. Bahkan sempat dibuatkan kelas tambahan. “Karena minta orangtua murid terutama yang berada jauh di Selemadeg, Pupuan, bahkan di kota Tabanan yang ingin anaknya dididik di SMP Harapan yang berbasis marhaenisme,” tandasnya.  Ia berharap semua pihak mulai peduli dengan kelangsungan hidup sekolah swasta di Tabanan.(BB)