Gawat, Jerapah Terancam Punah dari Muka Bumi

  05 Juli 2016 PERISTIWA International

istimewa

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com - Internasional. Jerapah disebut-sebut sebagai salah satu hewan yang terancam punah dari muka Bumi. Benarkah?

Data terakhir menyebutkan bahwa populasi jerapah di Afrika kini tinggal 90 ribu, merosot 40% dari 15 tahun yang lalu yaitu 500 ribu. Jumlah tersebut bahkan lebih sedikit jika dibandingkan dengan populasi gajah afrika yaitu 500 ribu.

"Semua orang berpikir jika mereka ada dimana-mana, tapi kenyataannya tidak demikian. Jumlahnya terus menurun. Akan sangat menyedihkan hidup dunia tanpa jerapah," ujar Dr Julian Fennessy, seorang pakar jerapah, seperti dilansir National Geographic.

Perlu diketahui, saat ini jerapah sudah punah di tujuh negara. Salah satu populasi yang terancam kini adalah jerapah Rothchild yang hidup di Taman Nasional Murchison Falls, Uganda. Kelompok tersebut hanya beranggotakan seribu jerapah.

Dr Fennesy yang juga merupakan Direktur Eksekutif Giraffe Conservation Foundation yang berbasis di Windhoek, Namibia ini meluncurkan misi penyelamatan untuk memindahkan populasi Jerapah Uganda setelah mempelajari jika jumlah jerapah hanya tinggal sedikit yang tersisa.

Tim Konservasi berusaha membangun populasi baru dengan memindahkan 20 jerapah ke tempat baru di seberang Sungai Nil. Tempat ini dianggap jauh lebih aman.

Saat ini, hampir seluruh binatang hidup di sekitar Nil. Sementara pada saat yang sama, lebih dari 75% minyak tersimpan di bawah lahan itu dan eksplorasi kini sedang direncanakan.

Meski demikian, bukanlah hal yang mudah untuk menangkap jerapah liar. Ukuran besar membuat mereka susah ditenangkan. Apabila terlalu memaksa, mereka bisa terjatuh dan menderita karena luka yang fatal.

Pada saat yang sama, manusia yang menangkap jerapah juga bisa terancam bahaya. Seekor Jerapah dengan bobot lebih dari satu ton bisa menebas leher seorang pria dengan sekali tendang.

Jerapah harus ditembak dengan obat penenang. Matanya harus ditutup sehingga bisa digiring dengan mudah ke trailer khusus sehingga bisa dibawa ke seberang sungai. Tim hanya memiliki waktu 20 menit untuk semua proses tersebut.

Tim harus menyadarkan kembali jerapah dengan obat tertentu. Bila tidak, jerapah beresiko mati. Setiap jerapah akan dibekali kaliung khusus. Dengan kalung itu, peneliti bisa memantau gerak-gerik jerapah lewat satelit. (BB/National Geographic).