(Pro dan Kontra Reklamasi Harus Diakhiri)

Isu Reklamasi Jangan 'Maling Teriak Maling' Inisiator Harus Dibongkar

  19 Juni 2016 OPINI Denpasar

google.com/image

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com - Denpasar. Pernyataan Gubernur Bali, Made Mangku Pastika yang mengungkap siapa sebenarnya inisiator dibalik rencana Reklamasi Teluk Benoa, semestinya saat ini bisa meredam dan menghentikan pro dan kontra proyek tersebut. Apalagi Gubernur Pastika nampaknya sudah gerah dan ingin menghentikan pro dan kontra tersebut, karena hanya membuang-buang energi yang seharusnya bisa digunakan untuk memikirkan kepentingan Bali di masa depan.

Hal itu disampaikan tokoh politik dari Partai Demokrat, Made Mudarta yang juga akhirnya ikut menanggapi persoalan reklamasi Teluk Benoa. Menurutnya sudah menjadi rahasia umum selama ini Gubernur hanya dijadikan 'kambing hitam' untuk kepentingan oknum partai penguasa saat itu.

"Saya rasa karena beliau (Gubernur Pastika) sudah capek menjadi kambing hitam dan terlalu lama bersabar, sehingga baru mengungkap yang sebenarnya bermain. Apalagi gubernur memiliki tanggungjawab moral menjelaskan kepada publik tentang fakta sebenarnya," ucap Mudarta saat dihubungi awak media di Denpasar, Minggu (19/6/2016).

Meskipun tidak diungkap siapa oknumnya dibalik pro dan kontra reklamasi ini, namun sudah disebutkan dari partai penguasa yakni PDI Perjuangan yang menjadi inisiator dibalik rencana reklamasi Teluk Benoa itu. Oleh karena itu, Mudarta meminta pro kontra ini harus diakhiri agar masyarakat Bali bisa fokus membangun Bali kedepan dan tidak terpancing lagi dengan isu-isu reklamasi.

"Pro kontra harus diakhiri agar bisa fokus membangun Bali kedepan. Jadinya harus segera diambil keputusan final melanjutkan atau tidak. Siapa yang mengambil keputusan itu? Tentu dari yang memiliki kekuasaan politik dan memiliki power saat ini. Harus segera diputuskan, itu yang paling bagus daripada buang-buang energi," tegas Ketua DPD Partai Demokrat Bali itu.

Mudarta kembali menegaskan, jika langkah keputusan itu tidak diambil diharapkan investor yang merasa dipermainkan oleh orang-orang seperti itu harus berani mengungkap siapa sebenarnya inisiator yang bermain.

"Jangan seperti sekarang malah maling teriak maling. Maksudnya sudah menerima duit untuk mendukung tapi malah mengkampanyekan menolak. Itu harus diungkap kan merugikan investor. Barangkali targetnya agar dapat uang lebih banyak jika ada yang menolak," tegasnya kesal.

Padahal menurut politisi muda itu, inisiator untuk memuluskan reklamasi terus malah bergerak menolak reklamasi bukan merupakan budaya orang lokal Bali. Hal itu sangat bertentangan dengan budaya Bali yang mengedepankan kejujuran dan percaya akan hukum karma.

"Itu tidak seperti budaya orang Bali yang percaya hukum karma yang tidak boleh menipu atau 'nguluk-nguluk'. Karena karmanya pasti akan dinikmati oleh orang itu. Siapa yang berbuat dia sendiri yang akan menunai hasilnya. Mari kembali ke ajaran leluhur agar menyama braya dan semangat gotong royong ditingkatkan," tandasnya. (BB).