Berkhasiat Sebagai Obat, Desa Mendoyo Dangin Tukad, Kembangkan Ternak Lebah Madu Trigona

  21 September 2022 BISNIS Jembrana

Ket poto : Peternal Lebah madu Trigona (madu kele) I Ketut Swiantara bersama Perebekel Desa Mendoyo Dangin Tukad I Made Oka Semarajaya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com – Jembrana. Diyakini berkhasiat sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit berbahaya seperti diabetes, struk, asam lambung serta sebagai penambah stamina, warga Desa Mendoyo Dangin Tukad, Kecamatan Mendoyo, Jembrana membudidaya lebah madu trigona yang sering disebut madu kele. Hal tersebut bertujuan untuk ketahanan pangan setelah dinobatkan sebagai desa mandiri oleh Mendes PDTT Abdul Halim Iskandar

Saat dikonfirmasi awak media, salah satu pembudidaya lebah madu trigona bernama I Ketut Swiantara asal Delod Pempatan, Desa Mendoyo Dangin Tukad, Kecamatan Mendoyo, Jembrana dirinya mengaku menekuni bisnis lebah madu trigona sudah selama 5 tahun. Dimana awalnya tidak didukung oleh keluarganya, setelah ditekuni akhirnya bisa memopang kebutuhan ekonomi keluarganya.

“Awalnya niat saya tidak didukung oleh keluarga dirasa berternak lebah madu trigona tidak ada hasilnya, setelah saya jalani secara tekun ternyata menghasilkan dan bisa menopang ekonomi keluarga saya dan bisa menyekolahkan anak sampai sekarang. Untuk bisa menopang ekonomi keluarga, dulu diawal saya jual sarang trigona 1 buah seharga 150 ribu, saya sudah jual sebanyak 200 sarang,” terangnya. Rabu (21/9/2022).

Swiantara melanjutkan, untuk saat ini, dirinya tidak akan menjual sarang lagi, hanya menjual madunya saja. “Sekarang saya beralih untuk mengembangkan ternak trigona dengan hanya menjual madunya saja. Sekarang saya sudah mempunyai sarang sebanyak 350 buah. Yang ada di lokasi rumah yang seluas 25 are hanya ada 150 sarang dan yang dititip dirumah tetangga ada sebanyak 200 sarang,” jelasnya.

Swiantara mengaku, dirinya menjual madu trigona awalnya melalui teman dan berkembang sampai pembeli datang kerumahnya dan sebagian ada juga warga menjualnya keluar. “Saya mempunyai pelanggan banyak sampai sekarang, dikarenakan saya hanya mempunyai sedikit hanya menjual di desa saja. Selain itu permintaan dari luar desa juga banyak. Saya jual perbotol isi 1000 ml seharga 200 ribu,” ujarnya.

Terkait kegunaan dari madu trigona tersebut, Swiantara menjelaskan, secara gelobal kegunaan madu trigona sebagai obat asam lambung dikarenakan kebanyakan pelanggan yang datang mengaku untuk mengobati penyakit asam lambung. “Banyak pelanggan datang kesini untuk dipakai pengobatan asam lambung, untuk penyembuhan penyakit struk, menetralkan gula darah yang mempunyai penyakit diabetes dan juga sebagai penambah stanmina,” ungkapnya.

Selain itu, dirinya juga mengaku selama menjual madu tidak berani mencampur dengan bahan lain. “Saya tidak berani mencampur madu trigona dengan bahan lain, ini murni tanpa ada campuran agar lebih berkasiat kegunaanya. Saya memanen madu trigona ini setiap 6 bulan, akalu permintaan banyak panen hanya 3 bulan saja. Untuk sarang perkotak dapat 5 botol berukuran 1000 ml,” ucapnya.

Swiantara berharapa kepada pemerintah daerah supaya bisa membantu mengembangkan bisnisnya. “Saya berharap, selain perhatian dari pihak desa, juga meminta bantuan kepada pemerintah daerah supaya saya bisa mengembangkan bisnis ini agar bisa menopang keluarga saya,” harapannya.

Sementara Perebekel Desa Mendoyo Dangin Tukad I Made Oka Semarajaya mengatakan, awalnya sebelum dirinya menjadi kepala desa, dan masih menjabat sebagai kelian banjar sudah memantau dan mendukung para peternak trigona tersebut sehingga bisa menghasil madu untuk dijual. Dirinya juga akan mendukung penuh adanya para peternak trigona dan ikut mengembangkan dengan cara mendirikan kelompok.

“Sebelumnya saya sudah menanggapi secara positif adanya peternak trigona ini. Kami selaku pemerintas desa seperti kelompok lainnya dibidang pemberdayaan, ini akan kami kembangkan dengan system pola, dan kebetulan kami sering koordinasi yang intinya nanti malam kami akan mengadakan pertemuan awal dengan kelompok tersebut. Ini kami pandang peternak tersebut sudah berkecimpung selama 5 tahun dan yang sudah mendapatkan hasil. Ini bukan madu sembarangan dan murni tidak ada campuran, bisa sebagai obat, yang sudah saya rasakan sendiri mempunyai penyakit asam lambung dan sekarang sudah sembuh,” ujarnya.

Oka mengaku, pihaknya akan membentuk kelompok, yang selama pandemi covid vakum. “Sampai saat ini baru ada 1 peternak yang ulet sekali dan kami akan membangkitkan lagi. Astungkara ditahun depan bisa kita danai, dan tentunya kami sangat membutuhkan support dari pemerintah daerah seperti desa-desa yang lain yang sudah dikatagorikan desa maju, bahkan desa kami sudah dikatagorikan desa mandiri maka itu ketahanan pangan harus kami kuatkan,” pungkasnya. (BB)